Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rony, Aktivis yang Jadi Raja Kaus

Kompas.com - 06/02/2011, 08:40 WIB

KOMPAS.com - Mementingkan motivasi ketimbang mewujudkan ambisi membuat Rony Suhartono akhirnya sukses berbisnis kaus hingga sekarang. Saat ini, usahanya yang menggunakan bendera Radja Kaos menghasilkan omzet hingga Rp 1 miliar sebulan.

Di tengah sorotan publik terhadap pelaksanaan pemilihan kepala daerah atau lazim disebut pemilukada yang memboroskan bujet, ada pengusaha yang justru memetik untung dari momentum ini. Ia adalah Rony Suhartono. Sebab, semakin banyak pemilukada digelar, pesanan kaus ke CV Radja Kaos miliknya bakal semakin banyak.

Biasanya, dalam sebulan, Ronny hanya mengerjakan 200.000 potong kaus. Tapi, di saat ada pemilukada, pesanan bisa melonjak sampai 500.000 potong kaus sebulan. Dari pesanan itu, omzet yang ia raup bisa mencapai Rp 2 miliar.

Pencapaian bisnis Rony saat ini tidak datang dalam semalam. Sekitar 25 tahun lalu, ia hanyalah seorang anak ingusan dari sebuah desa kecil di Tuban, Jawa Timur. Orangtuanya berprofesi sebagai guru sekolah dasar. Sejak kecil, sulung dari tiga bersaudara ini hidup pas-pasan.

Beruntung, di kelas, Rony tergolong anak pintar. Selain selalu meraih ranking satu, ia juga siswa teladan. Prestasi itu membuatnya berhasil masuk ke SMP dan SMA terbaik di Tuban. Selain selalu menjadi Ketua OSIS, ia juga aktif dalam organisasi keagamaan di sekolah.

Selulus SMA, sadar kondisi keuangan keluarganya pas-pasan, Rony tak berani bermimpi meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Namun, salah seorang temannya menantangnya ikut tes Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Semua biaya tes ditanggung. Rony setuju. Ia memilih Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia (UI).

Dasar otak encer, pilihan Rony masuk UI ternyata tembus. Bukannya senang, sang ayah malah pusing tujuh keliling. “Kami tidak punya uang untuk mendaftar ulang,” ujar Rony. Alhasil, sang ayah menjual dua kambing peliharaan untuk biaya anaknya pergi ke Jakarta. Hasil penjualan kambing senilai Rp 600.000 itu juga menjadi modal awal Rony hidup di Ibukota pada tahun 1994.

Meski sudah tiba di Stasiun Kereta Api Senen, Jakarta, Rony butuh tiga hari untuk menemukan kampus UI di Salemba. Repotnya, setelah menemukan kampus itu, ada pengumuman bahwa pendaftaran ulang mahasiswa baru dilakukan di kampus UI Depok. Rony terpaksa menempuh perjalanan Salemba-Depok dengan berjalan kaki.

Belum habis rasa lelahnya, Rony dikagetkan dengan biaya daftar ulang yang mencapai Rp 800.000. Padahal, uang bekal dari kampung sudah terpakai sebagian. Kembali ke Tuban juga butuh waktu dan biaya. Alhasil, ia terancam gagal mendaftar ulang. Akhirnya, ia nekat menghadap Rektor UI untuk minta penangguhan pembayaran.

Menjalani masa kuliah juga bukan hal mudah bagi Rony. Tak sanggup bayar uang sewa pondok, pria kelahiran 17 Februari 1975 ini terpaksa tinggal di masjid kampus UI. “Saya biasa tidak pegang uang berbulan-bulan,” kenangnya. Ia juga tidak bisa mengandalkan kiriman duit dari orangtuanya. Rony lantas mencari cara agar bisa tetap makan. Setiap malam, ia membantu pedagang pecel lele supaya mendapatkan seporsi makan malam. Kalau sedang sepi, ia mencabuti singkong liar di hutan UI untuk dimakan selama berbulan-bulan.

 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com