Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2011, 08:04 WIB

Menurut Alex, kondisi pergaraman nasional mencapai titik terendah tahun 2010 karena musim hujan nyaris berlangsung sepanjang tahun. Total produksi hanya 24.000 ton sehingga total impor melonjak menjadi 2,976 juta ton.

Di Rembang, Jawa Tengah, misalnya, produksi garam tahun lalu hanya sekitar 20.000 ton atau anjlok 84 persen dibanding tahun 2009, yakni 143.753 ton.

Bahkan, di Madura, pulau yang selama ini merupakan produsen terbesar garam nasional, pada tahun 2010 sama sekali tidak ada produksi. Akibatnya, semua pemilik lahan, penggarap, dan buruh angkut tidak menikmati hasil dari garam.

Setiap hari selama enam bulan musim garam, Mei-November, petani masih tetap bekerja di lahan, antara lain memasukkan air laut ke dalam lahan agar bisa jadi garam. Setiap hari pula calon bakal kristal garam disapu hujan sehingga sepanjang tahun 2010 petani gagal panen.

”Padahal, setiap musim petani di Madura mampu memproduksi garam berkisar 80-100 ton. Sekarang petani malah menanggung beban kerugian minimal Rp 3,5 juta per hektar,” ungkap Abdurrahman, petani garam di Pinggirpapasan, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep.

Cuaca tak menentu juga memukul petani garam di Jeneponto, Takalar, Pangkajene Kepulauan, dan Maros, Sulawesi Selatan.

Ketergantungan terhadap impor yang begitu tinggi ikut memukul petani garam lokal. Garam asal Australia dijual seharga Rp 800 per kilogram dan garam dari India Rp 650 per kilogram. Tak sedikit pula petani garam yang terjerat utang kepada tengkulak. Akibatnya, mereka dipaksa menjual harga Rp 200-Rp 300 per kilogram.

”Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 21 Tahun 2007 yang menetapkan harga garam petani untuk kualitas satu Rp 325 per kilogram dan kualitas dua Rp 250 per kilogram ikut memperparah penderitaan petani garam,” kata H Muh Hisyam, petani garam Desa Ragung, Kecamatan Pangarengan, Sampang.

Wellem Tuflasa, petani garam di Aerkia, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT, menambahkan, selama ini garam dijual sangat murah, Rp 17.000-Rp 25.000 per karung dengan berat 50 kilogram, tergantung cuaca. (JAN/HEN/ACI/SIN/SIR/REK/MKN/DEN/KOR/ANS/HRD/DIA/WIE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com