Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Berlebihan Investasi di Emas

Kompas.com - 28/03/2011, 09:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com  - Reksa dana masih menjadi pilihan menjanjikan untuk investasi pada 2011. Diperkirakan, tahun ini reksa dana akan memberikan tingkat pengembalian sebesar 15-20 persen untuk reksa dana campuran dan 25-30 persen untuk reksa dana saham.

Perkiraan itu dipaparkan Agus B Yanuar, President Director Samuel Aset Manajemen, dalam acara Independent Financial Planner Expo di Jakarta hari Sabtu (26/3/2011).

Agus memaparkan, dalam satu tahun terakhir, nilai reksa dana campuran tumbuh sekitar 22 persen. Pertumbuhan itu masih di bawah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan sebesar 46 persen, tetapi di atas emas yang sebesar 22 persen. ”Keunggulan reksa dana adalah nilainya yang variatif,” ujar Agus.

Pemahaman masyarakat mengenai investasi terus berkembang. Produk investasi juga kian diminati masyarakat, seiring kesadaran untuk mengelola dana dengan hasil melampaui inflasi.

Saat ini, kata Agus, produk investasi yang terus berkembang adalah saham, reksa dana, dan emas. ”Kelas menengah yang terus tumbuh juga membuat ragam investasi berkembang. Mereka dalam berinvestasi berpikir, akan beli apa, yang mengalahkan inflasi,” ujar Agus.

Reksa dana sebagai salah satu pilihan investasi dinilai berpotensi berkembang. Dengan dana pihak ketiga sekitar Rp 2.300 triliun, besaran reksa dana di Indonesia baru Rp 140 triliun.

Porsi ini cukup kecil dibandingkan, misalnya, Malaysia, yang pasar reksa dananya sudah mencapai 40 persen dana pihak ketiga. ”Karena itu, menurut saya, reksa dana di Indonesia masih mungkin tumbuh menjadi Rp 240 triliun karena peralihan masyarakat dari produk perbankan ke reksa dana,” kata Agus.

Indria, seorang peserta ekspo hari Sabtu lalu, mengatakan, ia sudah membeli reksa dana sekitar setahun lalu. ”Saya belinya sedikit saja dulu karena tidak mungkin semua uang untuk beli reksa dana,” katanya.

Novita, petugas pemasaran sebuah bank yang hadir di dalam ekspo menuturkan, masih banyak masyarakat yang tertarik menjadi nasabah tabungan perbankan, khususnya tabungan berjangka waktu tertentu.

Emas dan saham

Budi Raharjo, perencana keuangan dari ONE Consulting, dalam ekspo menegaskan, emas merupakan produk investasi yang tumbuh dan memberikan imbal hasil terus meningkat dalam lima tahun ini. Dalam kondisi ketidakpastian, nilai emas akan terus meningkat.

Namun, Budi mengingatkan, agar jangan berinvestasi berlebihan pada emas. Terutama produk turunannya, membutuhkan pengamatan yang lebih jeli. ”Jangan spekulatif. Membeli emas dengan harapan akan segera naik sudah disebut spekulatif,” kata Budi.

Soal saham, Agus B Yanuar mengingatkan kondisi dunia saat ini yang terpengaruh krisis kredit di Eropa, krisis politik di Timur Tengah, dan bencana di Jepang. Jumlah penduduk dunia yang terus membengkak turut menyumbangkan kebutuhan pangan dan energi yang luar biasa.

Oleh karena itu, saham yang akan menarik tahun ini adalah yang berkaitan dengan energi dan sumber daya alam. (IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

    Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

    Whats New
    Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

    Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

    Whats New
    Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

    Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

    Whats New
    Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

    Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

    Spend Smart
    PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

    PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

    Whats New
    Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

    Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

    Whats New
    Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

    Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

    Whats New
    Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

    Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

    Whats New
    Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

    Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

    Whats New
    SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

    SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

    Whats New
    Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

    Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

    Whats New
    Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

    Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

    Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

    Whats New
    Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

    Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

    Whats New
    BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

    BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com