Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartu kredit dan "Debt Collector"

Kompas.com - 24/04/2011, 03:57 WIB

Elvyn G Masassya/Praktisi Keuangan

Kisah terkait kartu kredit memang bukan hal baru. Bukan saja soal pemasarannya yang luar biasa agresif, bahkan sudah merambah ke area pribadi, seperti memasok SMS ke telepon seluler dan melakukan pencegatan di mal-mal, sehingga membuat banyak kalangan terganggu. Akan tetapi, soal penagihan pembayaran kredit yang terlambat juga lebih mengenaskan.

Pihak bank mengirim orang- orang tertentu, dengan sebutan debt collector, ke kantor di mana pemegang kartu kredit tengah bekerja sehingga membuat semua orang kantor tahu bahwa si Badu, misalnya, tengah dikejar-kejar utang kartu kredit.

Kenapa semua itu terjadi? Sederhana sekali. Karena ada kontribusi dari semua pihak, baik itu pihak penerbit kartu maupun pihak pemegang kartu kredit. Bagaimana maksudnya?

Seberapa pun gencarnya pihak bank memasarkan kartu kredit, kalau calon konsumen ”kuat iman” dan berpikir rasional tentu tidak akan terjadi debt overhang alias besar pasak daripada tiang di kalangan pemegang kartu kredit. Sementara itu, kalau pihak bank lebih memiliki etika, tentu tidak akan memasarkan produknya melalui SMS atau menelepon tiga kali sehari terhadap orang yang sama.

Hal ini bisa terjadi karena dalam memasarkan produknya pihak bank kerap menggunakan perusahaan lain, atau disebut dengan outsourcing. Tenaga-tenaga pemasar di perusahaan lain itu diberi target dan mereka tidak peduli bahwa telepon mereka sudah mengganggu calon konsumen. Mereka beranggapan, dari 10 orang yang ditelepon, paling tidak ada satu atau dua orang yang tertarik dengan tawaran mereka.

Lantas, bagaimana baiknya menyikapi itu semua? Anda sebagai calon konsumen kartu kredit tentunya mesti memahami bahwa kartu kredit hakikatnya adalah alat bantu pembayaran, bukan alat untuk berutang. Ini prinsip yang paling mendasar.

Artinya, memiliki kartu kredit bukan untuk menutupi kekurangan biaya kehidupan. Jika latar ini yang Anda terapkan ketika menginginkan kartu kredit, sama artinya dengan menggali lubang kubur utang. Anda dipastikan akan terjebak di dalam lubang tersebut dan sulit keluar. Konkretnya, tidak perlu memiliki banyak kartu kredit. Semakin banyak kartu kredit di dompet Anda, sama sekali tidak menaikkan gengsi Anda.

Yang terjadi adalah anggapan bahwa Anda orang yang gemar berutang. Kalau kondisi finansial Anda bagus, kemampuan itu tidak diperlihatkan dengan banyaknya kartu kredit, melainkan oleh jenis kartu kredit yang Anda pegang. Jadi, satu kartu jenis platinum sudah cukup dibandingkan 10 kartu jenis silver.

Oleh karena itu, agar Anda tidak masuk perangkap jebakan kartu kredit dan apalagi dikejar-kejar debt collector, tidak ada salahnya Anda renungkan beberapa hal berikut.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-Bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-Bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Whats New
PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

Whats New
BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

Whats New
OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

Whats New
Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Earn Smart
Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com