Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PERBANKAN

Bank Besar Rajin Hapus Utang Macet

Kompas.com - 02/05/2011, 10:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan keuangan kuartal I 2011 sejumlah bank papan atas menunjukkan tren peningkatan write off atau penghapusbukuan kredit bermasalah.

Sejumlah bankir yang dihubungi KONTAN mengatakan, selain akibat kurang hati-hati dalam menyalurkan kredit, hapus buku mereka ambil lantaran prospek debitur menurun. Write off menjadi pilihan agar kondisi keuangan bank tetap sehat.

Salah satu bank yang melakukan hapus buku adalah Bank BNI. Pada kuartal I 2011, bank pelat merah ini menghapus buku kredit senilai Rp 917,32 miliar atau meningkat 1,19 persen secara year on year (yoy). Dari jumlah tersebut, manajemen berhasil menagih (recovery) Rp 337,68 miliar. Pada akhir Maret 2010 recovery tersebut mencapai Rp 315,57 miliar.

Direktur Utama BNI Gatot Mudiantoro Suwondo mengatakan, seluruh kredit macet BNI berasal dari sektor kredit kelas menengah dan manufaktur. "Pada 2008 kami banyak memberikan kredit ke sektor menengah yang ternyata banyak mengalami masalah," ujarnya Rabu (27/4/2011) lalu.

Dalam menyelesaikan kredit macet ini BNI menjalankan dua langkah: menjadwal ulang cicilan kredit atau melelang agunan bagi debitur yang tidak kooperatif. "Dengan metode ini kami berhasil menekan rasio kredit bermasalah (NPL) pada kredit menengah dari 11,9 persen pada akhir 2010 menjadi 10,6 persen," tambah Gatot. Kini NPL secara BNI keseluruhan (gross) tinggal 4,1 persen.

Pada akhir Maret 2011 BNI membukukan penyaluran kredit menengah Rp 23,94 triliun atau turun 7,07 persen (yoy). Saat ini komposisi kredit menengah 17,3 persen dari total kredit BNI sekitar Rp 138,64 triliun.

Berbeda dengan BNI yang tersandung di kredit menengah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) memiliki masalah serupa di kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM). Pada kuartal I 2011, BRI menghapus buku kredit Rp 517,09 miliar atau turun 3,27 persen (yoy). BRI berhasil menagih Rp 445,58 miliar, sementara pada kuartal I 2010 tingkat recovery Rp 771,74 miliar.

Direktur Keuangan BRI Ahmad Baiquni mengatakan, kredit macet berasal dari kredit UMKM. "Kebanyakan kami lakukan penjadwalan ulang cicilan," katanya. Tahun lalu, BRI melakukan recovery Rp 1,5 triliun. Tahun ini targetnya Rp 1,8 triliun.

Bukan korporasi

Bank papan atas lain, yakni Bank Central Asia (BCA), melakukan hapus buku di kuartal I 2011 sebesar Rp 414,67 miliar, tumbuh 2,38 persen dibandingkan periode yang sama 2010. Dari hapus buku tersebut BCA berhasil menagih Rp 115,1 miliar atau lebih tinggi 218,57 persen dari periode sebelumnya.

Wakil Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, hapus buku tersebut terjadi pada nasabah-nasabah kecil dan kelas UMKM. "Kalau korporasi tidak ada yang kami write off," ujarnya.

Di tiga bulan pertama 2011 Bank Panin juga menghapus buku kredit Rp 1,54 triliun, meningkat 40,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di Maret 2011, manajemen sudah menagih sekitar Rp 557,08 miliar. (Roy Franedya, Wahyu Satriani/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com