Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

70 Persen Biji Kakao Tak Penuhi Standar

Kompas.com - 28/07/2011, 03:17 WIB

Makassar, Kompas - Sekitar 70 persen produksi biji kakao belum memenuhi Standar Nasional Indonesia. Rendahnya selisih harga antara kakao berkualitas bagus dan buruk membuat petani tidak bersemangat memenuhi standar tersebut. Padahal, standar tersebut sangat penting untuk memajukan industri kakao nasional.

Wakil Direktur Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah, dalam acara lokakarya pengembangan kakao berkelanjutan di Indonesia, yang diselenggarakan Nestle, di Makassar, Rabu (27/7), mengatakan, selisih harga antara yang bagus dan jelek hanya Rp 1.000 per kilogram. Seharusnya selisihnya bisa mencapai Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram.

Dia mengatakan, ketidaklayakan biji kakao tersebut terutama karena petani tidak melakukan fermentansi terlebih dahulu. Akibatnya, rasa serbuk kakao yang dihasilkan kurang enak. Selain itu, biji kakao masih banyak tercampur kotoran, seperti sisa kulit, sampah, dan kerikil.

Selain tuntutan SNI, para petani juga dihadapkan pada tuntutan perkebunan yang berkelanjutan.

”Pasar internasional sudah mulai meminta sertifikasi untuk kakao. Dengan adanya sertifikat, maka produksi kakao Indonesia dipastikan aman secara lingkungan,” kata Mukti Sardjono, Sekretaris Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, yang juga hadir dalam acara tersebut.

Penggunaan lahan

Menurut dia, salah satu item sertifikasi yang perlu diperhatikan adalah soal penggunaan lahan.

Pengembangan kakao tidak memanfaatkan areal hutan sehingga tidak berkontribusi pada pembukaan areal hutan. Item lainnya adalah penggunaan pestisida yang dosisnya tidak boleh berlebihan sehingga mengganggu keseimbangan alam.

Untuk membantu petani meningkatkan kualitas biji kakao, Nestle Indonesia meluncurkan The Cocoa Plan. Program tersebut dirancang selama lima tahun ke depan dengan investasi sekitar Rp 34 miliar.

”Lewat program tersebut diharapkan kualitas kakao membaik dan produktivitasnya bisa naik hingga 30 persen,” kata Presiden Direktur Nestle Indonesia Arshad Chaudhry.

The Cocoa Plan fokus pada kegiatan bantuan teknis praktik pertanian, bantuan keilmuan, pembelian kakao secara transparan, serta bantuan pengembangan gizi dan pembangunan pedesaan. (ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com