MADIUN, KOMPAS.com - Serapan pupuk kimia bersubsidi di Jawa Timur selama musim tanam 2011, sangat rendah. Petani mulai mengurangi pemakaian pupuk kimia dan beralih menggunakan pupuk organik produksi sendiri karena harganya lebih terjangkau.
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur mencatat hingga Juli 2011 realisasi pemakaian pupuk bersubsidi di 38 kabupaten/kota kurang dari 50 persen. Di Kabupaten Madiun yang merupakan sentra pangan misalnya, rata-rata pemakaian pupuk kimia bersubsidi hingga dua musim tanam kurang dari 50 persen.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jatim Wibowo Eko mengatakan serapan pupuk urea hanya 37,25 persen dari alokasi 1,25 juta ton, pupuk SP-36 hanya 37,47 persen dari alokasi 173.000 ton dan pupuk ZA baru 49,28 persen dari alo kasi selama setahun sebesar 400.000 ton.
"Pupuk organik produksi pabrik hanya terserap 20,41 persen dari alokasi 300.000 ton. Penyerapan ZA yang diprediksi akan lebih tinggi karena sejumlah daerah kembangkan tanaman tembakau," ujarnya.
Wibowo mengatakan rendahnya penyerapan pupuk kimia bersubsidi dan pupuk organik pabrikan ini disebabkan petani mulai beralih menggunakan pupuk organik produksi kelompok tani. Akan tetapi dari total kebutuhan pupuk organik sebanyak 7,73 juta ton per tahun, saat ini baru terpenuhi 4,5 juta ton.
Pemenuhan kebutuhan pupuk organik itu berasal dari kelompok tani yang sudah mendapatkan bantuan alat pembuat pupuk organik berupa granule dan copper. Dengan demikian masih ada kekurang an 2,5 juta ton pupuk organik.
Untuk menutupi kekurangan pupuk organik tersebut, pihaknya telah meminta tambahan 1.102 unit alat pembuat pupuk berupa granul e dan copper kepada pemerintah Provinsi Jatim. Rencananya alat itu akan didistribusikan kepada kelompok tani tahun 2011.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Madiun Nadjib mengatakan sudah dua tahun berturut-turut, realisasi pemakaian pupuk kimia bersubsidi di wilayahnya rendah. Akibatnya, alokasi selama setahun tidak pernah habis.
Sebagai gambaran, hingga Juli 2011, jumlah pupuk yang diambil petani kurang dari 50 persen. Padahal, realisasi tanam padi saat ini sudah mencapai 70 persen dari target tanam 2011. Ia mencontohkan, realisasi pemakaian pupuk urea baru 9.900 ton dari alokasi 31.345 ton atau sekitar 31,9 persen. Sedangkan realisasi pemakaian pupuk NPK baru 7.665 ton dari alokasi 21.570 ton.
Menurut petani, pupuk kimia mahal sekalipun sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah. Hal itu mengakibatkan biaya produksi petani tinggi. Contohnya, harga SP 36 mencapai Rp 2.000 per kg. Dengan pupuk organik, petani bisa membelinya seharga Rp 500-600 per kg.
"Untuk menghentikan secara total pemakaian pupuk kimia, saat ini kami belum bisa. Akan tetapi para petani sudah mulai mengurangi pemakaiannya secara bertahap dan beralih menggunakan pupuk organi k baik dari kotoran hewan maupun limbah padi," ujar Triono petani dari Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.