Pangkal Pinang, Kompas -
Ketua Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Syamsuni Saleh mengatakan, sebelumnya, harga tertinggi pada kisaran 8.500 dollar AS per ton. ”Pasar kekurangan pasokan karena petani hanya mampu memenuhi rata-rata 6.000 ton,” ujarnya di Pangkal Pinang, Jumat (21/10).
Penurunan pasokan terjadi akibat makin sempitnya areal kebun lada. Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) Kepulauan Babel mencatat, tak lebih dari 6.000 hektar kebun lada produktif di Babel. Jumlah itu menurun drastis dibandingkan dengan era 1990-an yang mencapai 40.000 hektar. Ketua AELI Babel Zainal Arifin mengatakan, penurunan pasokan lada dari Babel pernah diprotes importir di Eropa. Mereka menuding Babel menahan pasokan.
Dari Banda Aceh dilaporkan, tanaman pala di provinsi ini terancam punah. Dari sekitar 17.264 hektar tanaman pala, 75 persen di antaranya musnah karena terserang hama dan penyakit tanaman. Kondisi tersebut membuat nasib petani pala kian tak pasti.
Aceh Selatan menjadi pusat penghasil pala utama di Aceh hingga saat ini. Dari total luas tanaman pala di provinsi ini, sekitar 87 persen berasal dari Aceh Selatan. Suhasmi, petani pala di Kluet Utara, Aceh Selatan, mengatakan, merajalelanya hama ulat pada tanaman pala karena hilangnya burung pemakan ulat.(RAZ/HAN)