Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zona Euro Makin Parah

Kompas.com - 26/11/2011, 02:32 WIB

STRASBOURG, JUMAT -  Perancis dan Jerman sepakat berhenti berdebat di publik tentang peran Bank Sentral Eropa (ECB) dalam menyelamatkan perekonomian zona euro yang makin parah. Jerman juga menyerukan agar ECB berperan lebih luas.

Peringkat utang Hongaria diturunkan. Hongaria terpukul karena lembaga pemeringkat Moody ’s Investor Service menurunkan peringkat dari Baa3 menjadi Ba1 atau dari status ”layak investasi” menjadi ”sampah” dengan prospeknya juga negatif.

Penurunan ini menyebabkan pasar saham di Eropa melemah. Hongaria bukan anggota zona euro, tetapi secara ekonomi memiliki kaitan erat, baik langsung maupun tak langsung.

Sehubungan dengan itu, trio raksasa zona euro bertemu. Mereka sepakat menyingkirkan perbedaan pendapat soal peran ECB demi menyelamatkan ekonomi. Presiden Nicolas Sarkozy, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Perdana Menteri Italia Mario Monti bertemu di di Strasbourg, Perancis, Kamis (24/11).

Salah satu yang mereka bahas adalah peran ECB. Trio sepakat menjaga independensi ECB dan tidak akan menyentuh mandat ECB, yakni memerangi inflasi.

Trio juga mengusulkan perubahan traktat Uni Eropa untuk mencapai keseragaman soal kebijakan keuangan negara, yang selama ini tak seragam dan berlangsung liar. Hal ini ditandai dengan defisit besar anggaran pemerintah yang berlangsung bertahun-tahun ini terakumulasi dalam bentuk timbunan utang.

Walau menyatakan mendukung independensi ECB, para pemimpin zona euro sebenarnya sudah mulai mereduksi independensi ECB. ”Kami semua ingin mengungkapkan kepercayaan terharap ECB dan menghormati kemandirian ECB,” ujar Sarkozy.

Bertentangan

ECB seharusnya hanya bertugas memerangi inflasi. Namun, ECB sudah turun tangan dengan membeli obligasi terbitan pemerintah zona euro, yang dicampakkan pasar karena potensi kebangkrutan sejumlah negara.

ECB hampir menghabiskan dana 200 miliar euro untuk membeli obligasi dari negara terlilit utang. Hal ini dilakukan karena banyak pihak berpikir, ECB merupakan satu-satunya institusi yang bisa menenangkan pasar. Namun, risiko turun tangan ECB adalah potensi kebangkrutan ECB karena sudah membeli obligasi negara-negara yang bangkrut, yang bisa saja tidak bisa membayari semua utang.

Secara potensial, ECB memiliki kemampuan mencetak uang. Peran ini juga diharapkan sehubungan dengan memburuknya perekonomian Eropa.

Menurut Jerman, ide pengetatan kebijakan moneter yang menjadi tugas utama ECB walau membuat negara tertekan. ECB bisa melonggarkan kebijakan moneter, termasuk dengan pencetakan uang. Namun, opsi ini berpotensi mengakibatkan hiperinflasi. Jerman mengalami kejadian ini pada tahun 1920-an.

Perancis menyerukan kepada ECB agar mengintervensi secara besar-besaran untuk mencegah gejolak di pasar obligasi.

Namun, di sisi lain, Merkel dan menteri-menterinya menyatakan, traktat Uni Eropa memutuskan ECB tidak dapat bertindak sebagai penyedia pinjaman yang terakhir diandalkan (lender of the last resort). Ini adalah istilah pada institusi, biasanya Bank Sentral yang menawarkan pinjaman kepada perbankan atau institusi finansial yang kesulitan.

Belanda melangkah lebih maju dengan menyarankan ECB bisa berperan sebagai penyedia pinjaman. Ini bertentangan dengan pernyataan seorang pejabat ECB, Jose Manuel Gonzalez-Paramo, yang menolak peran ECB sebagai penyedia dana. ”Pemerintahan zona euro tidak boleh berharap ECB memberi bantuan untuk mengatasi defisit,” ujar Gonzalez-Paramo, salah satu anggota Dewan Eksekutif ECB yang terdiri atas enam orang.

(AP/AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com