Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singkong dan Karet untuk Masa Depan Anak Kami...

Kompas.com - 30/12/2011, 04:45 WIB

”Tiga dari 13 bersaudara akhirnya merantau mencari lahan ke register 45 termasuk saya. Seperempat hektar lahan dari ayah saya jual, uangnya dipakai modal membuka dua hektar lahan di register 45. Sekarang Moro-Moro di register 45 adalah tempat tinggal saya,” kata Putu.

Kebingungan

Warga keturunan Bali lainnya, Putu Adnyana (26), menambahkan, kebun seluas empat hektar yang ditanami singkong dan karet menjadi sumber penghasilan untuk membiayai dua anaknya yang masih kecil: Kadek Arya Wira Guna (3) dan Komang Arya (2 bulan). Putu harus membesarkan anaknya sendiri setelah istrinya meninggal usai operasi caesar ketika melahirkan Komang Arya.

Putu Adnyana mengaku bingung harus pergi ke mana jika rumah dan ladangnya di Moro Dadi digusur. Rumah dan ladang orangtuanya di lokasi transmigrasi di Lampung Tengah sudah habis dijual untuk keperluan operasi ibunya dan modal pindah ke Moro Dadi. Sementara jika harus pulang ke Bali ia tak tahu harus bekerja apa, apalagi saudara di sana tinggal sedikit.

Pak Reni juga sangat berharap tanaman karet dan singkong yang sudah ditanamnya di Moro Dadi dapat membiayai sekolah kedua anaknya: Made Diah Sangga Reni (13) dan Komang Sindu Ardana (8).

”Kalau memang rumah dan ladang saya digusur maka impian saya menyekolahkan anak benar-benar menjadi mimpi, Bung. Saya harus memulai kehidupan saya lagi dari nol. Kasihan anak-anak saya,” kata Pak Reni.

Bagi Pak Reni dan Putu, hasil penjualan karet dan singkong selama ini bisa menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Tidak hanya bisa menyekolahkan anak, hasil bercocok tanam memungkinkan mereka menunaikan berbagai ibadah yang membutuhkan biaya besar. ”Saya masih punya kewajiban mengabenkan anak saya yang pada bulan keenam dalam kandungan keguguran. Biayanya tidak sedikit, belum lagi harus mengadakan upacara potong gigi anak,” kata Pak Reni.

Terlepas dari persoalan status hukum, seandainya mereka yang sudah hampir 14 tahun menempati register 45 di Moro-Moro digusur maka impian ribuan jiwa untuk hidup tenang menatap masa depan yang nyaman seketika hilang. Terbayang sudah berapa keluarga yang tiba-tiba jatuh miskin dan harus menata kembali kehidupannya dari nol.

Pemerintah harus peka dan berpihak kepada rakyat agar sebuah solusi menang-menang antara pemerintah, perusahaan, dan warga bisa tercapai.

(Adhitya Ramadhan)

Kalau memang rumah dan ladang saya digusur maka impian saya menyekolahkan anak menjadi mimpi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com