Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Destinasi Tunggal ASEAN

Kompas.com - 13/01/2012, 02:49 WIB

Pariwisata menjadi salah satu elemen penting bagi integrasi ekonomi ASEAN, yang ditargetkan tercapai tahun 2015. Kontribusi pariwisata bagi pemasukan dana di ASEAN selama ini cukup besar. Tahun 2007, ASEAN menerima lebih dari 61 juta wisatawan internasional. Dari jumlah itu, sebesar 49 persen disumbangkan wisatawan intra-ASEAN.

Tahun 2010, jumlah wisatawan ke anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) naik menjadi lebih dari 73 juta orang. Dari angka tersebut, sekitar 47 persen di antaranya merupakan perjalanan intra-ASEAN. Wisatawan intra-ASEAN menjadi andalan utama karena besarnya populasi total ASEAN mencapai 600 juta jiwa. Kian menarik dengan total produk domestik bruto sebesar 1,8 triliun dollar AS.

Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi ASEAN juga fantastis. Pada 2010, pertumbuhan ekonomi kolektif ASEAN tercatat 7,5 persen. Sejumlah kalangan memprediksi, dalam empat tahun ke depan pertumbuhan ekonomi ASEAN masih 6 persen. Perkiraan itu jauh di atas pertumbuhan ekonomi dunia yang diramalkan 3,3 persen hingga 3,7 persen. Kondisi ekonomi yang cukup stabil seharusnya mampu mendongkrak kunjungan wisatawan intra-ASEAN.

Potensi lainnya datang dari negara di luar ASEAN, terutama negara mitra, seperti China, India, dan Korea. Kerja sama pariwisata antara ASEAN dan India berkembang signifikan. Data kunjungan wisatawan India ke ASEAN tahun 2010 tercatat 2,44 juta orang, naik dari 2,1 juta orang dari tahun 2009.

Wisatawan China ke ASEAN tahun 2010 mencapai 4,9 juta wisatawan, naik 13 persen dari tahun sebelumnya. Kunjungan wisatawan Korea ke ASEAN tahun 2010 tercatat 3,2 juta orang.

Lalu, bagaimana konsolidasi pariwisata di level ASEAN agar semua potensi bisa maksimal. Dalam cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN disebutkan konsep ASEAN sebagai destinasi tunggal. Untuk itu, ASEAN harus terintegrasi, baik dari sisi infrastruktur maupun hubungan antar-individu (people-to people), dan hubungan antarlembaga.

Salah satu langkah terobosannya adalah pemberlakuan visa tunggal ASEAN. Visa tunggal tersebut sama dengan visa tunggal Eropa (Schengen). Anggota ASEAN tidak perlu menggunakan paspor dan bebas mengunjungi negara ASEAN lainnya. Visa tunggal itu nantinya hanya untuk kunjungan singkat selama 15 hari dan tidak bisa dipergunakan untuk mencari pekerjaan atau menetap.

Visa tunggal menjadi bagian dari konektivitas ASEAN. Integrasi pariwisata ASEAN bukanlah hal mudah. Visa tunggal saja tidak cukup. Persoalan yang jauh lebih penting adalah konektivitas fisik. Selama ini, infrastruktur antara ASEAN dan internal negara anggotanya masih buruk. Destinasi tunggal juga membutuhkan kemampuan manajerial yang mumpuni.

Konsep destinasi tunggal sebenarnya bukan hal baru. Sejumlah negara di berbagai kawasan sudah mencobanya. Sebut saja Uni Eropa, kawasan Afrika Timur, dan Karibia. Di Afrika Timur ada empat negara, yakni Kenya, Uganda, Tanzania, dan Rwanda, sementara di Karibia ada 14 negara.

Di Eropa, konsep destinasi tunggal mampu mendongkrak kunjungan wisatawan intra-Uni Eropa ke level 70-75 persen. Persentase wisatawan intra-ASEAN saat ini belum menyentuh level 50 persen. Kesuksesan Uni Eropa bukanlah tanpa alasan. Dukungan infrastruktur melalui jaringan transportasi darat dan udara yang memadai serta faktor kenyamanan dan keamanan menjadi daya tarik utama mereka. (ENY PRIHTIYANI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi Jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi Jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com