Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilangnya Etika Perbankan Global

Kompas.com - 22/07/2012, 03:06 WIB

simon saragih

Penipuan dan manipulasi adalah penyebab kejatuhan Lehman Brothers pada September 2008. Bank investasi AS, yang sudah menghilang dari bisnis keuangan global karena kebangkrutan, itu bertahun-tahun mengelabui pasar. Lehman Brothers menutupi kerugian-kerugian dan akumulasi beban utang yang sudah menumpuk luar biasa.

Bahkan, sempat-sempatnya Lehman Brothers menipu konsumen global yang dibuat tetap yakin pada Lehman Brothers dengan peringkat AAA atau peringkat tertinggi hingga detik-detik terakhir kebangkrutannya. Tidak tanggung-tanggung, peringkat AAA itu diberikan lembaga pemeringkat ternama, yakni Standard & Poor’s. Tak pelak lagi, ratusan miliar dollar AS dana investor lenyap.

Namun, pasar tetap mencium kerugian besar Lehman Brothers dengan meninggalkan saham-sahamnya hingga kemudian bangkrut sendiri karena tak mampu menutupi beban utang. Tinggal konsumen yang menjerit karena surat investasi mereka di bank itu mendadak sama dengan harga tisu toilet.

Penipuan soal utang-utang negara Yunani juga menjadi akar kebangkrutan Yunani, yang kini ditinggalkan investor. Goldman Sachs dan JPMorgan Chase turut serta menutupi beban utang Yunani dengan mengelabui pasar. Pinjaman Yunani, yang sebenarnya telah menggunung, tidak diperlihatkan berkat rekayasa finansial.

Juga masih jelas dalam ingatan betapa Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke menuding AIG, perusahaan asuransi AS, yang dia katakan mirip spekulan dengan memainkan pergerakan indeks-indeks transaksi derivatif di bursa demi merengguk keuntungan. AIG sebagai perusahaan asuransi seharusnya melekat dengan asas prudent. Namun, AIG turut berspekulasi di pasar, yang membahayakan aset asuransi milik nasabahnya.

Belum lama ini, Societe Generale, bank besar Perancis, juga terjebak kerugian akibat permainan spekulasi stafnya di bidang investasi. Tidak ketinggalan UBS, bank besar Swiss, dituduh AS telah mendorong warga AS melakukan penipuan pajak dengan menyimpan dana lewat UBS.

Masih jelas dalam ingatan betapa Bernard Madoff melakukan penipuan lewat skema Ponzi, alias mirip arisan berantai, yang meraup dana nasabah global dengan iming-iming keuntungan besar. Ternyata perusahaan Madoff bangkrut dan membuat investor kehilangan dana puluhan miliar dollar AS.

Rangkaian skandal

Inilah peristiwa besar yang mendera dunia keuangan AS dan Eropa, hingga Jepang, yang mengharu biru dunia sejak krisis ekonomi di AS tahun 2008. Hal ini menambah rangkaian kisah spekulasi dan penipuan di sektor keuangan yang dimulai dengan euforia perusahaan-perusahaan dotcom. Awal dekade 2000-an, menjamurnya perusahaan dotcom membuai investor, tetapi ternyata juga membuat para investor buntung.

Kenyataannya, praktik menyimpang ini tidak kunjung henti. Skandal terbaru melibatkanl HSBC, yang ternyata turut berperan mencuci uang mafia Meksiko yang terkenal brutal. HSBC dengan cabangnya-cabangnya di Meksiko menjadi perantara pencucian uang dengan mentransfer dana ke AS untuk mengelabui penghasilan mafia Meksiko yang berasal dari perdagangan narkoba.

Hal lebih mengejutkan lagi, HSBC juga turut membantu pencucian uang milik Hamas, kelompok perlawanan Palestina yang oleh AS telah dinyatakan sebagai organisasi teroris. Namun, kelicikan HSBC membuat Hamas leluasa melakukan transaksi keuangan.

Sebelum mencuatnya kasus HSBC juga meledak skandal LIBOR, singkatan dari London inter-bank offered rate. Barclays, bank asal Inggris, dituduh telah mengelabui pasar dengan mengumumkan suku bunga LIBOR yang rendah. Hal ini bertujuan membuat pasar yakin bahwa pinjaman antarbank yang dilakukan Barclays berbunga rendah. Padahal, kenyataannya, LIBOR untuk Barclays lebih tinggi daripada yang diumumkan.

Penipuan soal LIBOR kemudian diketahui tidak saja melibatkan Barclays, tetapi juga Deutsche Bank (Jerman), Citigroup, JPMorgan Chase, HSBC dan sejumlah bank kaliber internasional. Lagi-lagi Bernanke-lah yang mencurigai adanya praktik manipulasi dalam penentuan LIBOR.

Tidak gencar

Pertanyaannya kemudian, mengapa industri keuangan AS dan Eropa melakukan semua penyimpangan itu? Dan, mengapa otoritas keuangan AS dan Eropa tak gencar memenjarakan para pelakunya, seperti AS dan Eropa gencar menghukum para tersangka teroris internasional?

Bahkan, Presiden AS Barack Obama, yang pada awalnya gencar berteriak akan menertibkan dunia keuangan AS, mendadak seperti bungkam.

Salah satu alasannya adalah para korporasi keuangan AS selalu mendapatkan perlindungan dari kubu Republiken, yang selama ini tak acuh terhadap praktik penyimpangan.

Diduga kuat semua penyimpangan dan penipuan itu dilakukan demi spekulasi akan adanya potensi keuntungan, yang membuat bank-bank itu selamat dari kebangkrutan. Selama ini, bank-bank investasi besar AS dan zona euro mengalami pertumbuhan dan peningkatan aset karena pertumbuhan ekonomi.

Dengan penduduk yang menua di AS dan zona euro, pertumbuhan organik tak lagi bisa diraih seperti sediakala sehubungan dengan anjloknya produktivitas warga manula. Persaingan dari Asia, Amerika Latin, Rusia, serta China juga membuat AS dan zona euro kelimpungan sehingga korporasi-korporasi di AS dan zona euro kalah pamor dalam persaingan global.

Dengan stagnasi perekonomian, jelas sumber pertumbuhan ekonomi sebagai sandaran keuangan sektor keuangan AS dan zona euro selama ini telah lenyap. Hal inilah yang memunculkan dugaan mengapa HSBC rela menyediakan jasa kepada siapa saja, termasuk kelompok mafia dan organisasi teroris, dengan moto yang penting keuntungan bisa diraih.

Berbagai seruan dan peringatan agar sistem keuangan global dirombak telah disampaikan. Akan tetapi, Inggris dan AS sebagai pusat utama keuangan dunia selalu setengah hati memenuhi seruan itu. Bahkan, tidak terdengar tindakan tegas dan massal terhadap pelaku keuangan di AS dan zona euro, yang ternyata dari tahun ke tahun terus berlanjut. (REUTERS/AP/AFP)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com