Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DIM Optimistis IHSG Tembus 4.400

Kompas.com - 18/09/2012, 18:01 WIB
Anastasia Joice

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengamati perkembangan situasi terkini terkait program pemulihan ekonomi di Negara-negara Eropa dan Amerika, serta implikasinya terhadap pasar saham di berbagai Negara, PT Danareksa Investment Management (DIM) optimistis target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 4.400 pada akhir tahun ini, seperti yang telah diprediksi beberapa analis.

 

Indeks pada sektor pertambangan, pertanian dan infrastruktur adalah pendorong utama kenaikan pada pekan lalu. "Untuk beberapa waktu ke depan seiring terus masuknya likuiditas ke pasar, kenaikan yang terjadi juga akan dapat dinikmati semua sektor", ujar Zulfa Hendri Direktur Utama DIM dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (18/9/2012).

 

Faktor pendukung level indeks dapat mencapai 4.400 adalah faktor global, yaitu Program Quantitative Easing 3 (QE3) oleh Bank Sentral Amerika untuk menambahkan likuiditas ke perbankan.

Berdasarkan pengalaman pada QE1 dan QE2 dana-dana yang diharapkan mengalir ke perekonomian, namun sebagian justru tersalur ke pasar keuangan baik negara maju, negara berkembang, komoditas dan juga pasar mata uang. Indonesia secara langsung maupun tidak langsung, adalah salah satu negara tujuan mengalirnya likuiditas tersebut.

 

Pekan lalu antisipasi pengumuman program QE menyebabkan indeks Dow Jones menguat sebesar 2,5 persen dan indeks S&P 500 naik sebesar 1,9 persen. IHSG juga telah mencatat lagi rekor yang baru, yaitu pada perdagangan Jumat ditutup di level 4.257.

Bursa-bursa lainnya di Asia antara lain indeks Hangseng menguat sebesar 4,5 persen, indeks Strait Times Singapura menguat sebesar 2,1 persen. Investor asing juga mencatatkan pembelian bersih lebih dari Rp 2 triliun dalam satu pekan terakhir.

 

Potensi pasar modal Indonesia tetap akan baik, valuasi IHSG sekarang ada di level 12 kali untuk tahun 2012. Valuasi IHSG saat ini tidaklah mahal dibanding dengan valuasi Indonesia pada tahun 2007 maupun tahun 1997. Saat itu, valuasi Indonesia sampai berada di level 17 kali.

Untuk rata-ratanya dari tahun 1995, price earing ratio (PE) Indonesia tercatat di level 11,2 persen dengan standar deviasi plus minus 2,5. Melihat profil pertumbuhan yang lebih baik dan kemungkinan suku bunga rendah bertahan lama, potensi kenaikan lebih lanjut untuk IHSG bisa berlangsung cukup lama.

 

"Indonesia merupakan negara yang tepat untuk menerapkan growth investing. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih mempunyai profil pertumbuhan pendapatan dan laba yang baik ke depan. Pertumbuhan ekonomi yang sehat didukung komposisi keuangan Negara yang baik dan demografi. Ke depan, pertumbuhan ini akan semakin berkesinambungan seiring proyek infrastruktur yang direncanakan pemerintah akan berjalan dengan lancar," tambah Zulfa.

 

"Salah satu Reksadana yang kami kelola, Danareksa Mawar Konsumer 10 telah menunjukkan kinerja sangat baik, sejak awal tahun reksadana ini telah memberikan pengembalian sebesar 17,5 persen. Reksa dana saham lainnya yang kami kelola juga akan membaik karena telah dirancang lebih agresif mengantisipasi kelanjutan kenaikan pasar sejak awal bulan lalu. Potensi kenaikan pasar secara umum hingga tahun depan masih cukup besar dan investor pun dapat menaikkan porsi investasinya secara bertahap," lanjut Zulfa lagi.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com