Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit Perdagangan

Kompas.com - 22/09/2012, 02:08 WIB

Fiskal stimulatif

Kebijakan-kebijakan dalam RAPBN 2013 haruslah memperhatikan perkembangan ini. Banyak pengamat dan politisi mengatakan, RAPBN 2013 kurang stimulatif terhadap perekonomian. Mungkin perlu diingat lagi bahwa subsidi energi yang dianggarkan Rp 275 triliun (setara 3 persen dari PDB) merupakan stimulus yang sangat besar bagi pertumbuhan konsumsi domestik. Ia juga berdampak langsung pada defisit neraca perdagangan melalui tingginya impor migas.

Sejak paruh pertama tahun ini, surplus ekspor gas sudah tidak bisa lagi menutupi defisit pada neraca minyak sehingga neraca migas ikut menyumbang pada memburuknya defisit neraca perdagangan Indonesia. Dengan harga minyak dunia yang belakangan ini merangkak naik, tekanannya bisa semakin tajam ke depannya. Apalagi rencana lanjutan kebijakan konversi BBM dan pembatasan konsumsi selalu mengalami berbagai kendala dalam implementasinya.

Jelas bahwa salah satu kebijakan di ranah fiskal yang bisa dilakukan dalam rangka mengelola defisit perdagangan adalah kenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan harga BBM bersubsidi memang akan menyebabkan kenaikan tingkat inflasi. Namun, ia akan mengurangi impor BBM sekaligus menahan laju pertumbuhan konsumsi domestik ke tingkat yang lebih berkesinambungan (yang pada akhirnya membantu menurunkan defisit perdagangan). Ia juga akan membuat postur APBN menjadi lebih sehat mengingat belanja subsidi saat ini sudah jauh melebihi anggaran belanja infrastruktur.

RAPBN 2013 sudah tak seharusnya dirancang dalam konteks memberikan ”stimulus fiskal bagi perekonomian” (mengutip Nota Keuangan RAPBN 2013). Langkah-langkah yang telah diambil otoritas moneter untuk mengelola defisit perdagangan hendaklah diikuti kebijakan fiskal yang selaras agar penyesuaian-penyesuaian yang terjadi pada nilai tukar dan suku bunga tak terlalu tajam, seperti pada pengalaman 2005 dan 2008. Kesinambungan pertumbuhan ekonomi jangka panjang haruslah diutamakan di atas pertimbangan politik jangka pendek.

Helmi Arman Country Economist Citibank Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com