Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Premi Asuransi Mahal?

Kompas.com - 24/10/2012, 08:33 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kabiro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata menjelaskan masyarakat menganggap berasuransi kini harus menyetor premi mahal. Anggapan inilah yang menyebabkan penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah.

"Orang jadi takut berasuransi hanya gara-gara mendengar premi asuransi mahal. Padahal kan tidak seperti itu," kata Isa pekan lalu.

Menurut Isa, premi mahal itu karena masyarakat lebih mendengar dahulu produk unitlink. Yaitu produk tabungan yang digabung dengan produk asuransi. Melalui produk unitlink tersebut, masyarakat memang akan dibebani dua biaya, baik biaya untuk menabung sendiri yang bisa diambil dalam jangka beberapa tahun serta biaya asuransi yang hanya bisa diambil manfaatnya bila terjadi risiko.

"Sementara produk asuransi kan macam-macam. Ada asuransi motor, mobil, rumah, kebakaran, penyakit tertentu dan jenis-jenis asuransi lainnya," katanya.

Saat ini pun, perusahaan asuransi juga sudah banyak memiliki produk dengan premi terjangkau. Dampaknya, santunan atau manfaat yang diterima juga memang tidak besar. Misalnya, ada asuransi dengan premi Rp 5.000 dengan dana manfaat yang diperoleh Rp 2 juta - Rp 10 juta. Atau asuransi kendaraan sepeda motor Rp 50.000 setahun dengan manfaat Rp 5 juta bila terjadi kecelakaan.

Bila masyarakat semakin peduli dengan asuransi, maka penetrasi asuransi di Indonesia akan meningkat. Sebab, selama ini penetrasi asuransi di Indonesia masih sekitar 1,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal, di Thailand sendiri penetrasi asuransinya sudah di atas 3 persen. "Ini tugas pemerintah dan perusahaan asuransi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com