Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengangkat Harkat Anyaman

Kompas.com - 27/10/2012, 02:57 WIB

Lima tahun menjalani profesi sebagai pengepul, permintaan tikar dari China cenderung mengalami penurunan. Dia pun sempat bertikai dengan mitra kerjanya dan bahkan ingin berhenti menggeluti bisnis ekspor anyaman. ”Saya memutuskan melanjutkan usaha kerajinan karena betapa banyak perajin menggantungkan hidup dari anyaman pandan,” katanya.

Soebyantoro lalu mengikuti Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN XI dan secara perlahan produknya dengan merek Virces Handicraft diikutkan pada setiap pameran. Awalnya barang yang dipamerkan masih terbatas karena kemampuan untuk memotivasi perajin belum ada. Semangat menjadi pelaku usaha kembali membara ketika dia bertemu perajin sandal di Sidoarjo, Jawa Timur.

Dia kembali mencoba menjalin kerja sama dengan para perajin dengan syarat tidak membuat model sama dengan yang dikirim ke luar Pulau Jawa. Apalagi, produk kerajinan membidik pasar menengah ke atas, jadi tidak boleh asal-asalan dan kualitasnya tidak mengecewakan pelanggan.

Sejak saat itu, Soebiyantoro—kini melibatkan cucunya dalam mengembangkan usaha—memutuskan untuk memamerkan sandal jepit dari anyaman pandan, eceng gondok, dan mendong serta beberapa tas yang merupakan hasil kerajinan. Sejak itu, dia rajin mengikuti pameran sambil mengembangkan produksinya. ”Pameran juga kesempatan mencari ilmu dan mengasah keterampilan karena, begitu model satu sudah ada, harus membuat inovasi baru lagi agar produk tidak ditinggal pasar,” ujarnya.

Selama pameran, rupanya dia tidak sekadar menjual sandal dengan harga rata-rata Rp 25.000, tas Rp 90.000, dan partisi lima daun dengan tinggi 166 sentimeter dan lebar 41 sentimeter bisa mencapai Rp 2,7 juta. Pada saat-saat itu, pria kelahiran Madiun, Jawa Timur, itu mendapat kritik dan masukan dari pembeli. Berbekal saran tersebut, Soebyantoro memperbaiki produksinya. ”Saya ingin produk kami ini kuat tidak karena bahan baku alami, tetapi juga dari corak dan warna sehingga pada anyaman bisa dibuat corak batik atau lukisan dan tidak cepat rusak,” tuturnya.

Dia berusaha terus memperbaiki kualitas sandal dari anyaman pandan ataupun yang terbuat dari anyaman lidi, yang bahan bakunya umumnya berasal dari Tasikmalaya dan Yogyakarta. Saran dan kritik selalu disampaikan kepada perajin yang bermitra dengan dia.

”Bagaimanapun, produk yang dilempar ke pasaran mulai Surabaya, Jakarta, Makassar, sampai Hongkong tidak selalu sukses. Namun, pasar tetap terbuka,” katanya.

Suatu saat ada permintaan sandal jepit terbuat dari anyaman eceng gondok yang bermotif. Soebyantoro membuat produk serupa menggunakan bahan lain, tetapi kurang disukai pasar. Kini order berupa tas dan sandal semakin beragam karena corak dan model disesuaikan dengan selera pasar.

Dia berharap pemerintah membantu perajin usaha mikro, kecil, dan menengah memasarkan produk mereka. Alasannya, kerap terjadi perajin memiliki barang layak jual, tetapi lemah dalam memasarkan barang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com