Para demonstran kembali menggelar aksi unjuk rasa pada hari kedua di Guangzhou, menuntut kebebasan pers dan reformasi demokratis di negara komunis otoriter tersebut. Sebanyak 18 akademisi, yang terdiri atas profesor hukum, ekonom liberal, dan sejarawan, menulis surat terbuka menuntut pemecatan Tuo Zhen, Menteri Propaganda Provinsi Guangdong, yang memerintahkan sensor terhadap mingguan tersebut.
Sempat terjadi saling ejek dan bentrokan kecil antara demonstran antisensor dan pengunjuk rasa pro-pemerintah dan loyalis partai. Puluhan polisi sempat dikerahkan untuk melerai dua kubu demonstran.
Protes menentang sensor media di China ini berawal dari protes para wartawan Southern Weekly kepada badan sensor setempat. Para wartawan itu menuduh pemerintah telah mengganti tajuk rencana mingguan tersebut pada edisi Tahun Baru, pekan lalu.
Tajuk rencana aslinya berisi seruan reformasi politik dan pembentukan pemerintahan konstitusional di China. Akan tetapi, tajuk rencana tersebut diganti tulisan yang isinya memuji-muji sejumlah prestasi Partai Komunis China.(AFP/AP/Reuters/DHF)