Kebanyakan pameran yang telah terlaksana untuk berjualan saja tanpa embel-embel merek. Jadi, inti acara ini adalah mengangkat merek dagang dari wirausaha para peserta pameran.
Selain itu, jumlah wirausaha muda pun meningkat. Bandung dan Unpad menyumbang bagian dari peningkatan tersebut. Namun, sebagian besar pengusaha muda belum sepenuhnya memublikasikan merek dagangnya. Karena itu, terbentuklah ide menyelenggarakan Unpad Brand Festival.
”Acaranya seru. Acara seperti ini menarik perhatian mahasiswa karena merupakan ajang unjuk gigi untuk menunjukkan bahwa selain kuliah kami juga bisa punya usaha sendiri. Setidaknya dengan acara ini, kami bisa memotivasi yang lain,” kata Kiki Kusnandar Muharam, pengunjung pameran.
Selain pameran merek, ada juga acara bincang-bincang yang mengangkat tema bagaimana mengelola akun media sosial sebagai media promosi. Di samping itu, dari biaya pendaftaran pameran sebesar Rp 200.000, disisihkan Rp 50.000 untuk disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan.
Tri Antono Satrio, pemilik merek Invisible Shoes, yang mengikuti pameran, memaparkan, iklim kewirausahaan di kalangan mahasiswa cukup menjanjikan. Menurut dia, mahasiswa jangan takut gagal dalam memulai usaha karena selagi masih muda mereka harus menjalani beberapa kegagalan untuk mencapai keberhasilan.
Semangat dan kerja keras merupakan modal dasar memulai dunia usaha. Semoga para pengusaha muda terus berkarya dan berani memajukan usaha masing-masing. Intinya, mahasiswa tidak melulu mesti bergantung kepada orangtua. Caranya antara lain dengan memiliki usaha sendiri.