Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Myanmar Gagal Hentikan Pembunuhan

Kompas.com - 01/04/2013, 15:55 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com - Human Rights Watch (HRW), Senin (1/4), mendesak Myanmar menyelidiki kegagalan polisi dalam menghentikan gelombang baru pembunuhan kaum Buddhis dan Muslim serta aksi pembakaran. Kelompok pemantau hak asasi manusia yang berbasis di New York itu merilis citra satelit yang katanya menunjukkan lebih dari 800 bangunan yang hancur total di pusat kota Meiktila. Sejumlah daerah yang tadinya merupakan kawasan perumahan kini kini kosong dan hanya menyisakan puing yang hangus.

"Pemerintah harus menyelidiki pihak yang tanggung jawab atas kekerasan di Meiktila dan kegagalan polisi menghentikan pembunuhan dan pembakaran seluruh daerah itu," kata direktur HRW Asia, Brad Adams.

Kerusuhan bulan lalu itu, yang kemudian menyebar ke beberapa kota lainnya, telah menyebabkan 43 orang tewas dan lebih dari 1.300 rumah dan bangunan lainnya hancur, demikian laporan media pemerintah di negara yang diperintah mantan rezim militer itu. Menurut PBB, sekitar 12.000 orang telah mengungsi.

Lingkungan yang mengalami kehancuran paling parah di Meiktila diyakini kawasan yang tadinya merupakan lokasi pemukiman "sejumlah besar umat Islam", kata wakil direktur HRW Asia, Phil Robertson.

Kekerasan "dibiarkan berjalan selama berhari-hari", kata dia kepada AFP. "Ada banyak informasi yang kami temukan, dan yang lain telah melaporkan, bahwa pada dasarnya polisi membiarkan kehancuran itu berlangsung dan tidak mengintervensi."

HRW mengatakan, kehancuran itu punya kesamaan dengan kerusuhan sektarian di daerah yang berbeda di Myanmar barat tahun lalu yang menewaskan setidaknya 180 orang dan menyebabkan "daerah pemukiman yang luas jadi abu".

Situasi tampaknya telah tenang sejak Presiden Thein Sein, Kamis lalu, berjanji merespons dengan keras mereka yang berada dibalik kekerasan itu, yang dia dihubungkan dengan "kaum oportunis politik dan ekstremis agama". Dalam pidato radio hari Minggu, mantan jenderal itu mengimbau para anggota pendeta Budha untuk "membantu pemerintah dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas". Sejumlah biksu terlibat dalam kekerasan baru-baru ini, kata sejumlah saksi, sementara yang lain mempelopori aksi untuk tidak berbelanja di toko-toko yang dimiliki orang Islam.

Pasukan keamanan telah memberikan tembakan peringatan dalam beberapa kasus demi membubarkan perusuh, tetapi mereka juga menghadapi kecaman dari para pemimpin Muslim di negara yang didominasi kaum Buddhis itu karena gagal menghentikan serangan.

Tahun lalu, HRW menuduh pasukan keamanan lokal membunuh warga desa Muslim di negara bagian Rakhine yang terletak di barat Myanmar, sementara pasukan pemerintah hanya "berdiri dan menyaksikan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com