Hal tersebut tecermin dari kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang mulai stabil kemarin. Minat investor untuk melepas Surat Berharga Negara melalui lelang juga minim.
Menurut ekonom Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Mirza Adityaswara, melemahnya nilai tukar dan meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah akibat dari ekspektasi investor bahwa inflasi akan meningkat. Sesuai tugas BI untuk mencegah inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, instrumen yang dimiliki BI adalah menaikkan tingkat bunga.
”Tentu saja tingkat bunga dapat diturunkan kembali jika inflasi sudah turun dan kurs rupiah sudah stabil,” ujar Mirza.
Ekspektasi inflasi meningkat karena akan ada pengurangan subsidi BBM. Dengan kata lain, akan ada kenaikan harga BBM bersubsidi dalam rangka mengurangi defisit fiskal dan menjaga APBN agar tetap sehat.
Pemerintah dan Badan Anggaran DPR menyepakati defisit anggaran tahun 2013 sebesar 2,38 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan rancangan semula, yakni 2,48 persen.
Ekonom Citi Indonesia, Helmi Arman, dan ekonom Standard Chartered Indonesia, Eric Sugandi, memprediksi, BI Rate dan Fasbi akan naik sekitar 50 bps pada semester II tahun ini.
Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, Rapat Paripurna DPR untuk persetujuan APBN-P 2013 dilaksanakan Senin depan. ”Masalah yang belum disepakati tinggal besaran inflasi. PDI-P dan PKS minta inflasi di kisaran 6 persen, Gerindra 6,5 persen, dan fraksi lain 7,2 persen,” katanya.(IDR/NWO/FER/WER/ETA/DEN)