Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telkomvision Dilego ke Trans, Ekonomi atau "Bau" Politik?

Kompas.com - 17/06/2013, 10:09 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah kemelut isu BBM dan koalisi, pada pekan pertama Juni 2013 ada aksi korporasi yang rawan menjadi skandal politik dan sekaligus ekonomi. Aksi korporasi itu adalah pelepasan hampir seluruh saham TelkomVision milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) ke Trans Corp milik taipan Chairul Tanjung.

"Apa alasan strategis Telkom menjual saham TelkomVision? Tidak ada alasan sama sekali!" ujar ekonom dari Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad Hari Wibowo, akhir pekan lalu. Bila alasan ekonomi benar-benar menjadi dasar dilepasnya hampir seluruh saham anak perusahaan Telkom ini, menurut dia terlalu mengundang pertanyaan untuk dipatahkan.

Sementara, lanjut Dradjad, kedekatan Chairul Tanjung dengan Presiden justru rentan menjadi gosip politik. "Termasuk bakal digosipkan untuk menggalang dana kampanye," kata dia. Bagaimana pun potensi membuat capital gain sangat besar bila setelah "akuisisi" ini TelkomVision ditawarkan ke lantai bursa (IPO) pada akhir 2013 atau 2014.

Dengan jabatan Chairul Tanjung di Komite Ekonomi Nasional, Dradjad berpendapat semestinya dia lebih  menahan diri untuk tak menyentuh BUMN dan anak perusahaannya. "Direksi BUMN tentu 'keder' melihat kedekatannya dengan Presiden," kata dia. Kedekatan Chairul dengan Presiden, menurut informasi yang didapat Dradjad bahkan melampaui kedekatan Presiden dengan para menteri di kabinetnya.

Kalau Chairul Tanjung benar-benar hanya ingin merambah bisnis televisi berbayar, menurut Dradjad akan jauh lebih elok bila mengadopsi cara VivaSky atau pemain lama seperti MNC dan First Media, atau bahkan membuat barang baru seperti Aora. "Bukan mencaplok anak usaha BUMN yang sudah matang," kata dia.

Terlalu murah

Kekhawatiran pelegoan ini rentan dibelokkan untuk kepentingan politik 2014, imbuh Dradjad, juga berdasarkan informasi bahwa nominal yang digelontorkan Trans Corp untuk TelkomVision dinilai terlalu rendah. Terutama dengan sudut pandang TelkomVision adalah provider TV berbayar yang sudah memiliki infrastruktur dan beroperasi.

Sebagai perbandingan, Dradjad menyebutkan Viva Media mengumumkan investasi 120 juta dollar AS selama tiga tahun untuk mulai membangun VivaSky. Dari jumlah itu, 80 juta dollar AS merupakan pinjaman dari Deutsche Bank. "Itu TV berbayar yang baru mulai dibangun, belum punya infrastruktur dan basis pelanggan, butuh 120 juta dollar AS. Bagaimana mungkin TelkomVision dengan semua infrastruktur dan pengalamannya dinilai dengan harga yang sama?" kecam Dradjad.

Tidak ada pengumuman resmi berapa nilai akhir penjualan TelkomVision ke Trans Corp. Namun beredar luas bahwa aksi korporasi tersebut bernilai sekitar 100 juta dollar AS. Bila informasi ini sahih, tutur Dradjad, berarti nilai keseluruhan saham TV berbayar ini hanya di kisaran 126,6 juta dollar AS, dengan 125 juta dollar AS adalah harga 98,75 persen saham Telkom.

Bila "skenario" IPO benar dijalankan, Dradjad mengaku mendapatkan informasi bahwa nominal yang mungkin diraup ada di kisaran 200 juta dollar AS. "Itu pun dengan kondisi perusahaan sekarang dengan banyak inefisiensi," kata dia. Di luar nilai murni TelkomVision, tambah Dradjad, peluang keberhasilan IPO juga ditunjang kekuatan dan kredibilitas brand Telkom yang inheren dalam brand TelkomVision.

Batalkan!

Dengan menimbang segala sisi, ekonomi maupun politik, Dradjad menyarankan pencaplokan TelkomVision oleh CT Corps ini dibatalkan saja. "Lebih baik Telkom mengembangkan sendiri TelkomVision sesuai strategi bisnis awal," tegas dia.

Dradjad pun mengaku telah meminta konfirmasi kepada beberapa pejabat terkait soal TelkomVision ini. "Umumnya mereka menjawab tidak ikut-ikutan atau tidak tahu," kata dia.

Para pejabat yang dia minta konfirmasi pun mengaku tak yakin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahu soal hal ini. "Kalaupun tahu, belum tentu juga merestui," ujar Dradjad menirukan para pejabat yang dia mintai konfirmasi. Menurut dia, gosip politik yang mungkin timbul dari aksi korporasi ini hanya akan merugikan citra Presiden.

Dradjad pun mempertanyakan sikap diam Menteri BUMN atas divestasi TelkomVision. "Mengapa diam saja melihat bakal hilangnya aset BUMN?" kecam dia. Dradjad juga mengingatkan para pejabat Telkom, bahwa bila di belakang hari divestasi ini menjadi skandal, maka mereka lah yang pertama kali akan menjadi tersangka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

    Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

    Whats New
    Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

    Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

    Whats New
    Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

    Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

    Whats New
    Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

    Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

    Whats New
    Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

    Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

    Whats New
    Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

    Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

    Whats New
    Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

    Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

    Whats New
    IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

    IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

    Whats New
    Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

    Spend Smart
    Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

    Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

    Whats New
    CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

    CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

    Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

    Whats New
    Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

    Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

    Whats New
    The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham di Wall Street Melemah

    The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham di Wall Street Melemah

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com