Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Suriah Ancam Perekonomian

Kompas.com - 05/09/2013, 07:16 WIB


JAKARTA, KOMPAS
.com - Krisis yang terjadi di Suriah serta kemungkinan serangan militer Amerika Serikat dan sekutunya bisa menyebabkan gejolak yang akan berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Karena itu, langkah-langkah untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan.Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, krisis yang terjadi di Suriah dapat memengaruhi harga minyak dunia dan menyebabkan gejolak yang dapat mengakibatkan krisis energi.

”Saya kira akan ada pengaruhnya pada harga minyak. Ini yang saya kira harus kita jaga dan hati-hati betul,” ujar Hatta Rajasa di Jakarta, Rabu (4/9/2013).

Harga minyak bervariasi di perdagangan Asia, Rabu, setelah naik di New York, karena kekhawatiran atas serangan militer AS di Suriah kembali muncul.

Kontrak utama West Texas Intermediate di New York untuk pengiriman Oktober turun 27 sen menjadi 108,27 dollar AS dalam perdagangan sore, sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Oktober naik 10 sen ke posisi 115,78 dollar AS.

”Harga minyak mentah Brent menguat karena saham global terbatas dan ada dukungan terhadap seruan Presiden AS (Barack) Obama untuk melakukan intervensi militer di Suriah,” kata Teoh Say Hwa, Kepala Investasi Phillip Futures di Singapura.

”Suriah mungkin bukan produsen minyak utama, tetapi intervensi militer di Suriah bisa menjalar di seluruh Timur Tengah,” kata Teoh.

Kegelisahan pasar atas Suriah muncul kembali setelah Ketua DPR AS John Boehner dan rekannya dari Partai Republik, Eric Cantor, menyatakan akan mendukung serangan terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad atas dugaan penggunaan senjata kimia.

Para unsur pimpinan Senat AS juga merancang draf resolusi untuk mendukung rencana Obama menyerang Suriah selama serangan itu direncanakan dengan saksama, tidak berlangsung lebih dari 90 hari, dan tak melibatkan prajurit AS di tanah Suriah.

Hari Rabu waktu AS, Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS akan melakukan pemungutan suara untuk menyetujui atau tidak rencana tersebut. Sementara para pembantu terdekat Obama terus berusaha meyakinkan DPR AS agar menyetujui rencana itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam wawancara di Moskwa, Rusia, Selasa malam, kembali memperingatkan AS untuk tidak melakukan aksi sepihak ke Suriah tanpa otorisasi PBB.

Meski demikian, Putin juga mengungkapkan, ia tidak mengesampingkan kemungkinan Rusia akan mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengizinkan serangan hukuman ke Suriah jika benar-benar terbukti rezim Presiden Assad menggunakan senjata kimia.

Di Jakarta, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Slamet Effendy Yusuf mengatakan, alih-alih akan mengatasi perang saudara, serangan AS ke Suriah justru bisa menghancurkan negeri itu.

Beban subsidi

Para investor saat ini takut intervensi AS bisa menimbulkan konflik yang lebih luas dan akan mengganggu stabilitas politik di Timur Tengah, sumber utama pasokan minyak mentah dunia.

Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, dampak yang paling dominan jika perang Suriah pecah adalah kenaikan harga minyak mentah.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengakui, kenaikan harga minyak dunia akibat krisis di Suriah akan meningkatkan beban subsidi. Namun, pemerintah tak akan meresponsnya dengan menaikkan lagi harga BBM bersubsidi.

Konsekuensinya, menurut Bambang, pemerintah harus menyediakan dana subsidi yang lebih besar dari pagu. Hal ini akan dikelola. ”Pokoknya defisit APBN-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) 2013 tidak lewat dari 2,38 persen. Apa pun yang terjadi, kita akan jaga defisit,” kata Bambang.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan, krisis di Suriah bakal berpengaruh terhadap sejumlah indikator utama yang akan memengaruhi ekonomi Indonesia. Indikator itu adalah kurs rupiah terhadap dollar AS dan harga minyak dunia.

Terkait dengan ekspor ke sejumlah negara di Timur Tengah, Bayu mengatakan, semestinya tidak akan terpengaruh. Alasannya, negara tujuan ekspor adalah negara-negara di kawasan selatan Timur Tengah yang tidak terlibat dengan krisis Suriah.

”Saya tak tahu bagaimana yang akan terjadi di Terusan Suez, misalnya. Namun, kalau dari sudut kita, pasar kita yang di Timur Tengah bagian selatan mudah-mudahan relatif tidak terganggu kalau dilihat dari konfliknya,” kata Bayu.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menembus batas baru tahun ini. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia kemarin, nilai tukar rupiah Rp 11.093 per dollar AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu juga ditutup kembali turun seiring dengan rencana aksi militer AS. IHSG BEI ditutup turun 89,57 poin atau 2,15 persen ke posisi 4.074,44 (IAM/LAS/IDR/HEN/ANTARA/AFP/AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kelancaran Transportasi Jadi Tantangan di RI, RITS Siap Kerja Sama Percepat Implementasi MLFF

Kelancaran Transportasi Jadi Tantangan di RI, RITS Siap Kerja Sama Percepat Implementasi MLFF

Whats New
Sebelum Kembali ke Masyarakat, Warga Binaan Lapas di Balongan Dibekali Keterampilan Olah Sampah

Sebelum Kembali ke Masyarakat, Warga Binaan Lapas di Balongan Dibekali Keterampilan Olah Sampah

Whats New
TLPS Pertahankan Tingkat Suku Bunga Penjaminan

TLPS Pertahankan Tingkat Suku Bunga Penjaminan

Whats New
BRI Life Fokus Pasarkan Produk Asuransi Tradisional, Unitlink Tinggal 10 Persen

BRI Life Fokus Pasarkan Produk Asuransi Tradisional, Unitlink Tinggal 10 Persen

Whats New
Dukung Pengembangan Industri Kripto, Upbit Gelar Roadshow Literasi

Dukung Pengembangan Industri Kripto, Upbit Gelar Roadshow Literasi

Whats New
Agar Tak 'Rontok', BPR Harus Jalankan Digitalisasi dan Modernisasi

Agar Tak "Rontok", BPR Harus Jalankan Digitalisasi dan Modernisasi

Whats New
Emiten Beras, NASI Bidik Pertumbuhan Penjualan 20 Pesen Tahun Ini

Emiten Beras, NASI Bidik Pertumbuhan Penjualan 20 Pesen Tahun Ini

Whats New
Sri Mulyani Tanggapi Usulan Fraksi PDI-P soal APBN Pertama Prabowo

Sri Mulyani Tanggapi Usulan Fraksi PDI-P soal APBN Pertama Prabowo

Whats New
Menhub Sarankan Garuda Siapkan Tambahan Pesawat untuk Penerbangan Haji

Menhub Sarankan Garuda Siapkan Tambahan Pesawat untuk Penerbangan Haji

Whats New
Apindo: Pengusaha dan Serikat Buruh Tolak Program Iuran Tapera

Apindo: Pengusaha dan Serikat Buruh Tolak Program Iuran Tapera

Whats New
Orang Kaya Beneran Tidak Mau Belanjakan Uangnya untuk 5 Hal Ini

Orang Kaya Beneran Tidak Mau Belanjakan Uangnya untuk 5 Hal Ini

Spend Smart
Apindo Sebut Iuran Tapera Jadi Beban Baru untuk Pengusaha dan Pekerja

Apindo Sebut Iuran Tapera Jadi Beban Baru untuk Pengusaha dan Pekerja

Whats New
Emiten Produk Kecantikan VICI Bakal Bagi Dividen Tunai Rp 46,9 Miliar

Emiten Produk Kecantikan VICI Bakal Bagi Dividen Tunai Rp 46,9 Miliar

Whats New
Apa Itu Iuran Tapera yang Akan Dipotong dari Gaji Pekerja?

Apa Itu Iuran Tapera yang Akan Dipotong dari Gaji Pekerja?

Whats New
Soroti RPP Kesehatan, Asosiasi Protes Rencana Aturan Jarak Iklan Rokok di Baliho

Soroti RPP Kesehatan, Asosiasi Protes Rencana Aturan Jarak Iklan Rokok di Baliho

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com