Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inalum, Anak Terbuang yang Kembali ke Pelukan

Kompas.com - 31/10/2013, 17:18 WIB

Masalah lain yang bakal muncul setelah pembelian saham Inalum dari investor Jepang kelar adalah menyikapi keinginan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan 10 daerah kabupaten/kota di kawasan Inalum yang ingin ikut andil menjadi pemegang saham Inalum.

Chatib menegaskan, pembagian saham ini harus menunggu saham Inalum 100 persen dikuasai oleh pemerintah Indonesia lebih dahulu, baru dibagi ke daerah. Seperti diketahui bahwa, DPR telah menentukan porsi saham yang bisa diambil oleh Pemda adalah sebesar 30 persen.

Hanya saja, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengingatkan kepada Pemda agar merencanakan keuangannya dengan matang sebelum ikut membeli saham Inalum. "Karena uang yang dibutuhkan untuk akuisisi ini cukup besar, jangan sampai memaksakan keuangan daerah, terus daerahnya jadi tidak terurus," ujar Dahlan, Kamis ( 31/10/2013).

Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Gatot Pudjo Nugroho sebelumnya mengatakan bahwa Pemda Sumut siap untuk ikut bagian dalam membeli saham Inalum.

"Uang pemerintah daerah memang tidak sebanyak itu. Tetapi, untuk pengambilalihan Inalum, kita bisa pinjam dan bekerja sama dengan pihak ketiga lainnya," kata Gatot. Pemda Sumut paling tidak akan membeli sekitar 20 persen saham Inalum.

Gatot mengatakan, untuk membantu pendanaan Inalum, kemungkinan pihaknya akan bekerja sama dengan PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) dan Apemindo (Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia). Memang sebelumnya Apemindo secara gamblang menyatakan ketertarikannya untuk membeli saham Inalum.

Direktur Eksekutif Apemindo, Ladjiman Damanik mengatakan beberapa waktu lalu bahwa pihaknya tengah menyiapkan proposal untuk pengajuan kerja sama pembelian saham Inalum.

"Kami masih dalam tahap rancangan skema pendanaan dan desain penanaman produksi," ujar Ladjiman beberapa waktu lalu.

Ladjiman mengakui pihaknya akan mengumpulkan sumber dana, baik dari dalam maupun luar negeri. "Kita sudah mengumpulkan sumber dana sendiri, namun tentunya belum mencukupi. Kita sedang cari dana dari dalam dan luar negeri," kata Ladjiman kepada KONTAN (20/5).

Bahkan TOBA telah mengantongi komitmen pendanaan dari beberapa bank asing senilai US$ 600 juta untuk membeli sebagian saham Inalum. "Soal berapa persen saham yang diambil, terserah Pemda," kata Luhut Binsar Panjaitan pensiunan Jenderal sekaligus pemilik TOBA.

Rugi Selama 22 tahun

Pengambilalihan saham Inalum dari NAA oleh pemerintah Indonesia dikarenakan kerjasama yang terjalin selama ini merugikan pemerintah Indonesia. Menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo pemerintah menderita kerugian selama 22 tahun sejak proyek kerjasama pengolahan aluminium berlangsung 30 tahun lalu.

Memang Agus tidak mengungkapkan seberapa besar nilai kerugian tersebut. Namun menurutnya besaran kerugian itu bisa dihitung dari selisih harga 1 ton bauksit dengan harga 1 ton alumunium.

“Bayangkan selisih harga 1 ton alumunium jika dibandingkan dengan harga 1 ton bauksit itu selisih harganya mencapai 148 kali lipat, bayangkan saja itu,” tutur mantan bankir Bank Mandiri itu.

Oleh karenanya, Agus ingin pemerintah mengambil alih kepemilikan saham sisa Inalum agar Indonesia bisa mendapat keuntungan. Dahlan Iskan, menambahkan jika pemerintah telah mengambil alih 58,8 persen saham Inalum maka seluruh keuntungan mengalir ke kas negara. Dahlan mengungkapkan, Inalum memproduksi aluminium dan bisnis komoditas tambang ini memiliki prospek keuntungan yang sangat besar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com