"Keterbatasan infrastruktur membuat sapi mendapat perlakuan yang tidak baik selama pengiriman dari produsen (peternak) ke tempat pemotongan hewan, sehingga membuat bobot (berat) badan sapi susut sampai 30 persen," kata Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro, Minggu (18/11/2013).
Syukur mengatakan, kendala infrastruktur ini tidak dapat ditangani sendiri tetapi harus melibatkan instansi lain, seperti tersedianya pelabuhan ternak termasuk layanan bongkar muat.
Menurutnya, persoalan tersebut tidak bisa diserahkan seluruhnya kepada Ditjen Peternakan, karena terdapat hal-hal yang diluar kemampuan dan kewenangan instansinya, seperti pelabuhan dan kapal yang berada di bawah kewenangan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perdagangan.
"Sejauh ini, Presiden juga mendukung program aksi terpadu mewujudkan swasembada pangan termasuk daging yakni melalui ketersediaan lahan, infrastruktur pendukung, serta pemanfaatan teknologi," jelas dia.
Untuk itu, prioritas yang akan dilaksanakan yakni pembangunan infrastruktur berupa pelabuhan, sarana bongkar muat, dan kapal ternak. Dengan demikian, penurunan bobot sapi bisa ditekan tinggal 5 persen, serta sapi yang cacat atau mati dapat berkurang menjadi 0 persen.
"Kemudian setelah sapi tiba seharusnya jangan langsung dipotong tetapi dimasukan ke dalam kandang penampungan kemudian dalam waktu 1 sampai 1,5 bulan diberi pakan yang cukup agar berat badan sapi bertambah," jelas Syukur.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Syukur mengatakan, membutuhkan lahan sangat besar untuk menampung sapi dari sentra produksi yang sebenarnya dapat dikerja samakan dengan BUMN yang memiliki aset besar seperti Perum Jasatirta II dan PTPN VIII.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.