Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Rupiah, BI Intervensi

Kompas.com - 29/11/2013, 06:43 WIB

Berdasarkan data BI, porsi ekspor komoditas berbasis nonsumber daya alam turun 12 persen, dari 48 persen pada 2005 menjadi 36 persen pada 2013. Sebaliknya, porsi ekspor komoditas berbasis sumber daya alam meroket 19 persen, dari 20 persen pada 2005 menjadi 39 persen pada 2013. ”Ini harga yang harus dibayar akibat ketidakjelasan strategi industrialisasi di Indonesia,” kata Erani.

Depresiasi rupiah yang terjadi, terutama selama setahun terakhir, menyebabkan kondisi kian berat. Bahan impor yang semakin mahal menyebabkan industri kesulitan. Ujung-ujungnya ekspor menurun. ”Terus terang, dengan sangat sedih, saya katakan, pemerintah tidak melakukan upaya industrialisasi. Sampai dengan tahun depan, tidak akan ada upaya yang lebih konkret untuk melakukan itu. Betul pemerintah mengeluarkan konsep dan kebijakan, tetapi tidak ada jejaknya di lapangan,” kata Erani.

Namun, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi mengatakan, pemerintah terus berusaha mendorong kinerja industri pengolahan, termasuk dari sisi ekspor. Menurut Benny, ekspor sumber daya alam, seperti bijih besi dan bauksit, dalam bentuk bahan mentah sudah harus dihindari.

Lain halnya apabila produk berbasis sumber daya alam tersebut sudah diolah lebih lanjut menjadi bahan baku antara atau bahkan produk jadi. ”Kata kuncinya adalah nilai tambah harus di dalam negeri. Jangan ekspor sumber daya alam mentah,” kata Benny.

Faktor psikologis

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan, Doddy Ariefianto, berpendapat, dampak psikologis justru memperburuk kondisi nilai tukar. Kondisi psikologis itu bisa berupa sikap pemegang dollar AS dalam jumlah besar, seperti eksportir, untuk menahan dollar AS di tangannya.

Langkah menaikkan BI Rate menjadi 7,5 persen, kata Doddy, semestinya meningkatkan daya tarik Indonesia. Hal itu terutama terhadap dana asing. ”Namun, dana yang ditunggu tidak datang. Pertumbuhan ekonomi melambat. Yang terjadi, investor saham terpukul,” kata Doddy. Ia menyarankan BI mengomunikasikan lebih baik kebijakannya. Dengan demikian, ekspektasi pasar tidak berlebihan.

Kekhawatiran akan kondisi ekonomi juga muncul di kalangan partai politik. Ketua Partai Nasdem Enggartiasto Lukita khawatir pada tahun mendatang kondisi ekonomi akan jauh lebih berat, seperti telah disampaikan Gubernur BI dalam Kompas100 CEO Forum hari Rabu lalu.

Ketua Umum PPP Suryadharma Ali memandang krisis ekonomi global akan memengaruhi stabilitas ekonomi. ”Itu sebabnya pemerintah harus membangun komitmen, baik partai politik, calon presiden, maupun calon anggota legislatif,” katanya. (IDR/BEN/CAS/LAS/OSA/INA/ONG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com