Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wangdi, Lulusan STM yang Sukses Berbisnis Permesinan

Kompas.com - 09/02/2014, 17:20 WIB


KOMPAS.com -
Kendati jenjang pendidikan formalnya hanya sampai level Sekolah Teknik Menengah (STM), Wangdi Wusono mahir membuat mesin yang sarat dengan teknologi. Di bawah bendera UD Rekayasa Wangdi, mesin-mesin buatannya sukses dipasarkan  hingga ke wilayah Sumatera.

"Mayoritas konsumen saya merupakan pelaku usaha kecil menengah (UKM)," kata Wangdi yang juga pegawai negeri sipil (PNS) di Pemprov Yogyakarta.

Hingga saat ini, Wangdi telah berhasil membuat lebih dari 1.000 unit mesin. Antara lain mesin pengering, mesin filler, pengolah kopi, pengolah makanan, pengolah sampah, mesin packaging, mesin pembuat pempek, mesin perajang rumput dan lain-lain.

Uniknya, mayoritas mesin buatannya itu merupakan hasil rancangan sendiri tanpa meniru desain yang sudah ada di pasaran. “Kebanyakan konsumen datang minta dibuatkan mesin tanpa membawa modelnya. Mereka cuma bilang untuk keperluan ini dengan produksi sekian, lalu saya pelajari dan saya buatkan,” jelasnya.

Mesin buatannya itu dibanderol degan harga mulai Rp 300.000 hingga Rp 30 juta, tergantung tingkat kesulitannya. Dengan harga jual di kisaran itu, Wangdi bisa mengantongi omzet hingga 300 juta per bulan.

Pria kelahiran 29 April 1964 sudah menjadi PNS sejak 1995. Kendati berstatus PNS, ia tetap menekuni hobinya di bidang permesinan. Di tambah ia juga pandai menggambar aneka model mesin.

Minat di bidang permesinan makin menguat tatkala ia menjadi koordinator pengoperasian laboratorium Universitas Gajah Mada (UGM) hingga tahun 1997. Pada tahun itu juga ia bersama istrinya Heni Siwi Gunarti mendirikan bengkel mesin.

Pertama terjun ke usaha ini ia membuat mesin pengering berbentuk lemari dari bahan aluminium dan besi. Mesin yang dibuat dengan biaya Rp 500.000 ini lalu dibeli oleh Universitas Wangsamandala Yogyakarta senilai Rp 2,5 juta.

Semua proses pembuatan mesin dikerjakan sendiri oleh Wangdi. Mulai dari merancang gambar, penelitian hingga perakitan mesinnya. “Untuk mesin pertama itu, saya habiskan waktu penelitian empat tahun,” terangnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, usaha Wangdi semakin besar. Kualitas mesin buatannya terus meningkat hingga konsumennya pun terus bertambah.

Pada 2005 dia lalu mendirikan UD Rekayasa Wangdi. Disebut rekayasa karena mesin buatannya rancangan sendiri. Lantaran masih PNS aktif, jabatan direktur dipegang oleh istrinya Heni.

Perusahaannya kini mempekerjakan 40 karyawan. Proses produksi dilakukan di pabrik yang dia bangun di areal seluas 2.000 meter persegi. (Dina Mirayanti Hutauruk)             

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com