Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 1.500 Triliun Dana WNI di Singapura

Kompas.com - 27/02/2014, 08:12 WIB

BATAM, KOMPAS.com — Pemerintah menyiapkan lima cara untuk menarik devisa bernilai sedikitnya Rp 1.500 triliun yang disimpan warga negara Indonesia di Singapura. Semua cara yang akan ditempuh pemerintah ini bakal mengedepankan insentif dan meminimalkan upaya paksa.

Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemilik-pemilik dana di luar negeri tidak bisa dipaksa menyimpan dana di dalam negeri. Pemerintah dan industri keuangan dalam negeri justru harus kreatif menciptakan instrumen dan insentif.

”Pemilik dana butuh instrumen yang menjanjikan imbal hasil tinggi, aman, dan tidak banyak diganggu,” ujar Bambang, Selasa (25/2/2014) malam, di Batam, Kepulauan Riau. Ia menegaskan hal ini berkaitan dengan adanya Rp 1.500 triliun uang WNI di Singapura.

Kebutuhan-kebutuhan diakui belum terakomodasi sepenuhnya di dalam negeri. Karena itu, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah. Penyusunan langkah itu berdasarkan kajian bersama sejumlah pemangku kepentingan bidang fiskal dan moneter.

”Salah satu masalahnya soal pajak. Orang berusaha mencari cara membayar pajak serendah mungkin, tidak membayar pajak ganda,” ujarnya.

Pemerintah, lanjut Bambang, sedang mengkaji insentif pajak bagi produk-produk keuangan dan investasi. Kebijakan itu tidak untuk menghapus pajak yang sudah ada. Kebijakan itu untuk meniadakan pajak instrumen investasi baru. Pemerintah juga akan menghapus pajak ganda dalam produk-produk investasi.

Setelah insentif diberikan, pemerintah mendorong penerbitan produk-produk investasi baru. Dengan demikian, ada alternatif bagi pemilik modal untuk menempatkan dananya. ”Di Singapura, banyak sekali pilihan produk yang sebenarnya bisa juga diterbitkan di sini. Bahkan, di Singapura ada produk yang khusus untuk investor asing berdana besar,” tuturnya.

Kawasan khusus

Bambang mengatakan, langkah lain yang sedang dikaji adalah pembuatan kawasan khusus untuk industri keuangan dan investasi. Kawasan itu selayaknya tidak jauh dari Singapura.

Konsep itu antara lain dipakai Malaysia lewat Pulau Labuan. Di pulau itu tersedia layanan untuk nasabah dan investor bermodal besar dengan pangsa pasar mayoritas dari luar negeri.

Adapun langkah lain adalah mendorong kontraktor migas menyimpan dananya di dalam negeri. Selama ini, sebagian masih menyimpan devisanya di dalam negeri dengan dalih hanya menyimpan bagian mereka. ”Pemerintah akan mendorong paling tidak disimpan sementara di dalam negeri,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis mengatakan, DPR sudah membahas soal kawasan khusus industri keuangan itu. Dalam Rancangan Undang-Undang Perbankan yang tengah dibahas DPR, ada diskusi-diskusi soal itu. Bahkan, Harry secara pribadi sudah mendorongnya sejak beberapa tahun lalu.

”Kepulauan Riau, entah di Batam, Bintan, atau Karimun, layak didorong menjadi kawasan khusus industri keuangan,” ujarnya.

Pemilihan Kepulauan Riau antara lain didasari kedekatannya dengan Singapura. ”Singapura masih salah satu pusat industri keuangan global. Indonesia harus membuat kawasan yang mudah dijangkau dari Singapura,” ujarnya. (RAZ)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kalbe Farma Umumkan Dividen dan Rencana 'Buyback' Saham

Kalbe Farma Umumkan Dividen dan Rencana "Buyback" Saham

Whats New
Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Whats New
IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com