Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran melihat ada beberapa bottle neck dalam pemanfaatan BBN itu. Sehingga, butuh campur tangan dan komitmen pemerintah untuk merealisasikan penggunaan BBN 5 persen.
"Kalau kami sebenarnya lihatnya sederhana. Sebaiknya harga pasar domestik diperbaiki betul," kata Tumiran dijumpai usai rapat DEN, Rabu (12/3/2014).
Harga BBN yang dinilai terlalu rendah tidak hanya membuat investor BBN enggan menanamkan modalnya. Lebih dari itu, tidak menggembirakan bagi para petani atau produsen BBN.
"Bottle neck-nya ini harga karena dengan harga Rp 3100, investor enggak mau kan. Karena harga di hulu Rp 2200 setara premium, selisihnya kurang Rp 1000, enggak mau," lanjutnya.
Padahal, menurutnya ketimbang mengimpor minyak, pemerintah lebih baik mengalokasikan anggaran tersebut untuk memperbaiki harga BBN di pasar domestik.
"Harganya malah masih lebih rendah. Kita mau beli BBM dari luar yang lebih mahal dan menyedot devisa. Daripada mensubsidi produk orang lain, kenapa tidak mensubsidi produk kita saja," paparnya.
Dalam sidang DEN ke-12 siang ini yang dihelat di Kantor Kementerian Perhubungan, disepakati pembentukan pokja BBN. Tumiran berharap, pokja ini berdiri dan sudah bekerja kurang dari enam bulan ke depan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.