"Utang luar negeri yang naik itu (karena) bank. Jadi jangan berapriori kepada utang luar negeri, swasta khususnya. LDR (loan to deposit ratio/rasio kredit terhadap dana pihak ketiga) perbankan kita sudah 90 persen lebih," kata CT di kantornya, Senin (26/5/2014).
CT menjelaskan, ruang bagi perbankan Indonesia untuk menggelontorkan dana untuk pinjaman kepada perusahaan nasional agar dapat bergerak cenderung kecil. Apabila LDR perbankan telah menembus 100 persen, kata CT, malah berbahaya.
"Kalau kita juga batasi utang luar negeri swastanya ya tidak ada pergerakan. Yang kita perhatikan jangan sampai itu nanti mismatch (tidak cocok)," ujar CT.
Ketidakcocokan yang dimaksud CT adalah apabila pada saat korporasi harus membayar utang, uangnya malah tidak ada sehingga akan menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu, ULN swasta harus dipantau dan dijaga dengan baik.
Sekedar informasi, Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri Indonesia per Maret 2014 tercatat 276,5 miliar dollar AS, tumbuh 8,7 persen dibandingkan posisi Maret 2013. Posisi ULN pada Maret 2014 terdiri dari ULN sektor publik sebesar 130,5 miliar dollar AS dan ULN sektor swasta 146,0 miliar dollar AS. Pertumbuhan ULN terus mengalami peningkatan sejak akhir tahun 2013 terutama didorong oleh ULN sektor swasta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.