Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyeksi, Posisi Rupiah Terangkat Sentimen Eksternal

Kompas.com - 20/06/2014, 09:11 WIB
Robertus Benny Dwi Koestanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sentimen pesimisme atas langkah Bank Sentral AS, The Federal Reserve, membuat indeks dollar AS melemah. Kondisi ini sedikit banyak mengangkat posisi rupiah di tengah masih adanya gelayutan pelemahan karena kenaikan harga minyak dunia.

Indeks dollar AS kembali melemah 0,33 persen walaupun jobless claims dan leading index AS diumumkan lebih baik daripada periode sebelumnya. Sampai Kamis (19/6/2014) sore, hampir semua mata uang di Asia juga ditutup menguat tajam.

Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, dipangkasnya proyeksi pertumbuhan AS juga berarti dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk The Fed menyediakan likuiditas yang berlimpah bagi perekonomian AS. Hal tersebut akan mendorong ekspektasi membaiknya likuiditas dollar AS di pasar global.

"Hari ini sentimen pelemahan dollar AS di Asia berpeluang berlanjut. Hanya data neraca transaksi berjalan zona Eropa yang ditunggu sore ini," tulis Samuel Sekuritas Indonesia dalam risetnya.   Setelah mendekati Rp 12.000 per dollar AS pada Rabu (18/6/2014), rupiah menguat tajam karena faktor global pada penutupan perdagangan Kamis.

Pasokan dollar AS dari Bank Indonesia mulai terpantau di pasar valas domestik ketika permintaan dollar AS mulai tinggi. Turunnya yield US Treasury juga membantu penguatan SUN terutama pada tenor pendek.

Penguatan rupiah diperkirakan berlanjut pada Jumat (20/6/2014), walaupun tekanan harga minyak yang masih terlihat akan membatasi ruang penguatan. Harga minyak Brent menyentuh 115 dollar AS per barrel sampai Jumat dini hari tadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com