Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Catur, Difabel Pun Bisa Naik Sepeda Motor

Kompas.com - 10/07/2014, 08:16 WIB

Catur memerhatikan betul konstruksi sepeda motor yang ia modifikasi. Sebisa mungkin, sepeda motor itu sesuai dengan kebutuhan pengguna dan benar-benar aman dikendarai. Ia butuh waktu sekitar dua minggu memodifikasi satu sepeda motor. Bila sedang banyak pesanan, waktu ini bisa mundur jadi sekitar tiga bulan.

Tak jarang Catur turun tangan mengajari konsumen hingga bisa mengendarai sepeda motor. Saat mengantar sepeda motor ke alamat pemesan dipakai Catur untuk melatih cara mengendarai sepeda motor roda tiga. "Maklum, mayoritas mereka baru pertama kali menggunakan sepeda motor, jadi tidak tahu caranya,"? kata dia.

Kini, di bengkelnya yang berada di kawasan Rempoa, Tangerang, Catur mempekerjakan dua orang karyawan. Pemesan sepeda motornya sudah tersebar di berbagai pelosok, mulai Medan hingga Kalimantan.

Meski sudah dibantu karyawan, Catur mengakui belum bisa menerima pesanan dalam jumlah banyak. Dia bilang, sudah ada 178 orang yang antre memesan sepeda motor roda tiga.

Namun, antrean panjang itu terjadi bukan semata-mata karena keterbatasannya dalam memodifikasi sepeda motor. Karena latar belakang konsumen yang berasal dari kalangan ekonomi ke bawah, tarif modifikasi jutaan rupiah masih dianggap memberatkan. Apalagi pemesan dari luar kota masih harus mengeluarkan ongkos pengiriman segala.

"??Mereka harus menabung dulu baru bisa pesan sepeda motor, kadang sampai berbulan-bulan," ucap dia.

Diskriminasi di tempat parkir

Catur Bambang memang bukan satu-satunya modifikator sepeda motor bagi kaum difabel di kawasan Jabodetabek. Akan tetapi, Catur  bilang, dia adalah satu-satunya modifikator yang juga difabel. Kekurangan fisik itu yang menjadi keunggulannya dalam menjalani bisnis sebagai modifikator sepeda motor roda tiga.

Pasalnya, sebagai sesama difabel, Catur paham kebutuhan dan harapan konsumennya. Di samping itu, bagian sepeda motor yang ia rangkai pun tidak melekat secara permanen. Ia hanya menyambungkannya dengan mur. Kalau suatu saat ingin diotak-atik bisa lebih mudah.

Yang menarik, Catur juga memodifikasi sepeda motor khusus untuk istrinya, Manondang Tinambunan (38), yang juga cacat di bagian kaki karena kecelakaan kerja. Sejak menikah pada 2006, Catur membuatkan sepeda motor dengan sespan. Dulu, sespan digunakan untuk menyimpan kursi roda pada saat sepeda motor dikendarai. Kini, setelah punya anak, sespan itu bisa jadi tempat duduk sang anak saat diantar atau dijemput sekolah. "??Saya bersyukur bisa belanja dan mengantar anak layaknya ibu normal," ujar Manondang.

Catur pun bercerita, setelah mengendarai sepeda motor, kesempatan kerja dan berkarya kaum difabel lebih terbuka.

Meski mandiri, bukan berarti hidup para difabel tak punya kendala lagi. Baik Catur maupun Manondang mengatakan, sering ditolak oleh pengelola mal lantaran tidak ada ruang parkir khusus untuk mereka. "??Kami sering bingung, parkir di tempat sepeda motor tak cukup, tapi juga dilarang parkir di parkir mobil," ucap Catur.

Karena itu, dia berharap bisa memproduksi lebih banyak sepeda sepeda motor roda tiga. Dengan jumlah pengendara yang kian bertambah, ia berharap tak lagi mendapat diskriminasi.

Di masa mendatang, Catur pun berencana mengembangkan bengkelnya. Sudah ada rekan yang tertarik membuka bengkel serupa di luar kota, misalnya Jawa Timur dan Jawa Barat. "??Jadi saya yang konstruksi bagian tambahan di bengkel saya dan dipasang di bengkel mereka,"? tambah dia. (Marantina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com