Itu sebabnya setiap hotel senantiasa menyediakan sandal bagi tamu. Agar terjamin ketersediaan stok sandal, biasanya setiap hotel tidak hanya membeli dari satu pemasok. Tidak heran apabila pelaku usaha sandal hotel terus bermunculan hingga saat ini.
Salah satu pemain lama usaha sandal hotel adalah Benz Raja Sandal, yang telah berkiprah sejak tahun 2006. Wellanti Silitonga, staf pemasaran Benz Raja Sandal, mengakui semakin banyak pesaing dari usaha yang berlokasi di Ciapus, Bogor Jawa Barat itu. “Kunci kami untuk bersaing adalah menjaga kualitas. Apabila harga bahan baku naik, kami akan beritahukan ke pelanggan,” tutur Wellanti.
Benz Raja Sandal saat ini mampu menjual sekitar 30.000 pasang sandal per bulan. Jumlah itu untuk memasok antara tiga hotel hingga lima hotel.
Harga sandal yang dijual Benz Raja Sandal mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 10.000 per pasang, bergantung pada kualitas dan bahan baku yang diminta pembelinya. Sandal termurah adalah sandal berbahan spons yang berwarna putih polos. Adapun sandal yang terbuat dari bahan batik dan bahan handuk, harga jualnya lebih tinggi ketimbang sandal berbahan spons.
Pemesanan minimal sebanyak 3.000 pasang untuk pelanggan hotel. Waktu yang dibutuhkan sejak pemesanan sandal, yang ditentukan berdasar keluarnya surat order dari hotel, hingga sandal dikirim, menurut Wellanti, mencapai satu bulan. Kapasitas produksi Benz Raja Sandal kini 30.000 pasang sandal per bulan, dengan tenaga kerja sebanyak 15 orang.
Pelanggan Benz Raja Sandal, selain berasal dari hotel di Jabodetabek, juga menjangkau hotel di berbagai daerah seperti Makassar, Bali, dan Jambi. Sistem pemasaran online dilakukan melalui situs web mereka.
Terkerek hotel baru
Seiring dengan pertumbuhan bisnis hotel, peluang menjadi pemasok sandal hotel pun ikut terbuka. Simak saja pengalaman Dewi dan beberapa rekannya yang menjalani usaha sandal hotel sejak 2 tahun lalu. Karena pernah bekerja di hotel, Dewi menyadari tingginya kebutuhan hotel terhadap alas kaki. Ia juga mafhum bahwa setiap hotel biasanya membeli dari beberapa pemasok. “Karena ada pemasok yang sudah kewalahan menerima order, sehingga tidak sanggup lagi menerima pesanan baru,” tutur Dewi.
Namun, Dewi tidak memerinci jumlah modal awal yang ia keluarkan saat mengibarkan bendera CV Pilar di Yogyakarta. Alasan dia, alat-alat produksi, seperti mesin jahit dan mesin potong, sudah dimiliki sebelum memulai bisnis itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.