Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menimbang Manfaat Pengembangan Aerotropolis di Kualanamu

Kompas.com - 23/07/2014, 05:55 WIB
Bambang Priyo Jatmiko

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Industri penerbangan telah menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai negara kepulauan.

Tak hanya sebatas mengangkut barang dan penumpang, sektor  penerbangan juga berpotensi membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai wilayah. Jika selama ini pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia terpusat di wilayah Jawa, dengan bergeliatnya industri penerbangan, sangat terbuka bagi daerah lain menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Kemampuannya memobilisasi barang dan penumpang dalam waktu yang cepat ketimbang moda transportasi lainnya, menjadikan sektor aviasi ujung tombak pertumbuhan ekonomi. Ini sejalan dengan rencana pemerintah yang mencanangkan percepatan pertumbuhan ekonomi melalui Masterplan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Sebagai BUMN yang bergerak di bidang jasa penerbangan, PT Angkasa Pura II (Persero) (AP II) cukup memahami kondisi itu. Hal ini terlihat dari rencana pengembangan kawasan bisnis yang terintegrasi dengan infrastruktur kebandaraan (aerotropolis) di Kualanamu, Deli Serdang, Sumatra Utara.

Dalam penjelasannya kepada pers beberapa waktu lalu, Direktur Utama AP II Tri S. Sunoko menjelaskan bahwa aerotropolis yang dikembangkan ini memungkinkan bertumbuhnya kawasan di sekitar Kualanamu menjadi klaster bisnis yang menjanjikan, dan memiliki multiplier effect perekonomian yang luas.

Sebagaimana diketahui, Sumatra Utara menjadi basis industri perkebunan (kelapa sawit, karet) dan industri pengolahannya. Hadirnya aerotropolis di kawasan ini, diharapkan bisa memacu laju perekonomian, seiring dengan mudahnya konektivitas barang dan manusia.

Hadirnya aerotropolis juga akan memberikan nilai tambah di mata investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatra Utara. Ini lantaran infrastruktur menjadi isu tersendiri dalam kaitannya dengan kegiatan penanaman modal.

Dalam catatan Bank Dunia, kurangnya infrastruktur membuat Indonesia berpotensi mengalami overheating, ketika pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren kenaikan.

Namun, haruskah pengembangan wilayah di kawasan Sumatra Utara cukup hanya melalui pembangunan aerotropolis?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com