Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Agenda Pokok Perekonomian Presiden Terpilih

Kompas.com - 09/08/2014, 08:00 WIB

Secara sederhana bisa dikatakan defisit neraca transaksi berjalan menunjukkan ketidakmampuan kita membiayai operasional (pertumbuhan) ekonomi domestik dari sumber daya dalam negeri. Untuk itu perlu ditutup dengan pembiayaan asing lewat surplus neraca modal dan finansial. Dengan demikian, jika neraca modal dan finansial tak lagi mampu menutup defisit NPI, artinya modal asing pun tak juga mau ”menolong” perekonomian kita untuk tumbuh sesuai harapan kita.

Tentu saja, pertumbuhan ekonomi idealnya lebih banyak bertumpu pada sumber daya domestik. Itulah esensi dari kemandirian ekonomi. Karena itu, isu produktivitas dan penekanan pada pengembangan sumber daya manusia menjadi penting. Namun, kebijakan sehebat apa pun baru akan terasa dampaknya pada dua sektor ini setelah beberapa tahun bahkan dekade. Maka dari itu, jelas tak bisa ditagih sebagai ukuran kinerja jangka pendek.

Meskipun demikian, ada berbagai faktor pendukung yang berfungsi memandu kita menilai apakah target peningkatan produktivitas dan peningkatan SDM sudah berada di jalur yang benar. Pembenahan birokrasi, izin investasi, akselerasi pembangunan infrastruktur, pengaturan tata ruang, hingga kebijakan pajak bisa menjadi leading indicator sehingga peningkatan produktivitas bisa diukur keberhasilannya.

Pemerintah baru nanti mewarisi situasi tak terlalu baik dalam hal produktivitas. Kita terlalu lamban membangun infrastruktur, energi, dan reformasi birokrasi. Akibatnya, untuk membiayai pertumbuhan 5,3 persen tahun ini, kita harus mengandalkan sumber daya asing cukup besar, ditunjukkan dengan defisit transaksi berjalan yang masih berada pada kisaran 3 persen tahun ini. Pada kuartal II tahun ini, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan masih 9 miliar dollar AS atau setara dengan 4 persen produk domestik bruto (PDB). Tahun lalu pada periode yang sama defisit mencapai 9,9 miliar dollar AS atau 4,4 persen PDB. Kita masih ingat, akibat besarnya defisit itu, investor berbalik arah sehingga kita dikategorikan dalam lima kelompok negara paling rapuh (the Fragile Five) oleh Morgan Stanley, bersama Brasil, Turki, India, dan Rusia.

Sejarah selalu berulang dalam siklus dengan pola yang lebih kurang sama. Kelemahan kita tak banyak belajar dari pengalaman sehingga cenderung melakukan kesalahan (kebijakan) yang sama. Pemerintah baru diharapkan mampu keluar dari twin deficits (defisit neraca pembayaran dan defisit fiskal) agar kita tak ditinggalkan para pemodal yang juga kita butuhkan memupuk kinerja perekonomian sambil memperbaiki produktivitas yang begitu rapuh ini. Selamat bekerja presiden dan wakil presiden baru, terutama tim ekonominya. Semoga momentum yang baik ini melahirkan tim ekonomi yang baik dan kebijakan-kebijakan yang baik pula.
A Prasetyantoko
Dosen di Unika Atma Jaya, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

Tiga Negara di Dunia dengan Jumlah Penduduk Terbesar, India Juaranya

Whats New
Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Proses Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Dilanjutkan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Whats New
Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

Cek Harga Bahan Pokok, KPPU Sidak Pasar di 7 Kota

Whats New
Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

Kebijakan Impor Terbaru Dinilai Bisa Normalkan Pasar

Whats New
Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

Jadi Tuan Rumah ITS Asia Pacific Forum, Indonesia Bakal Pamerkan Transportasi di IKN

Whats New
Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

Apindo Nilai Kolaborasi TikTok Shop-Tokopedia Bisa Pacu Transformasi Digital di RI

Whats New
Lowongan Kerja KAI Services untuk Lulusan S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja KAI Services untuk Lulusan S1, Ini Persyaratannya

Work Smart
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi: Keberagaman di Sampoerna Itu Mutlak, karenanya Perusahaan Bisa Bertahan 111 Tahun

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi: Keberagaman di Sampoerna Itu Mutlak, karenanya Perusahaan Bisa Bertahan 111 Tahun

Whats New
Apa Itu Negara Dunia Ketiga dan Kenapa Berkonotasi Negatif?

Apa Itu Negara Dunia Ketiga dan Kenapa Berkonotasi Negatif?

Whats New
Obligasi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan

Obligasi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Rabu 22 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Rabu 22 Mei 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 22 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 22 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
IHSG dan Rupiah Tancap Gas di Awal Perdagangan 22 Mei 2024

IHSG dan Rupiah Tancap Gas di Awal Perdagangan 22 Mei 2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Rabu 22 Mei 2024, Harga Bawang Putih Bonggol Naik

Harga Bahan Pokok Rabu 22 Mei 2024, Harga Bawang Putih Bonggol Naik

Whats New
Ditopang Saham Nvidia, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Ditopang Saham Nvidia, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com