Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri-ciri Uang 100 Dollar AS Palsu

Kompas.com - 11/08/2014, 12:31 WIB

TOKYO, KOMPAS.com - Perusahaan Yoshihide Matsumura, Matsumura Engineering Co.Ltd yang didirikan September 1988 menemukan uang palsu 100 dollar AS yang terbaru dan telah menginformasikan kepada pihak finansial Amerika Serikat.

Beberapa ciri uang palsu yang dicetak sangat canggih ini memang tak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Khusus kepada Tribunnews.com, Rabu (6/8/2014), Matsumura memperlihatkan sampai detil semua perbedaan tersebut, termasuk menggunakan kaca pembesar elektron yang sangat peka dan penggunaan data grafik sehingga kepalsuan dapat dideteksi dengan mudah oleh perusahaannya terutama menggunakan alat detektor terbarunya seri EXC-5700A.

Ada dua helai mata uang 100 dolar AS yang satu lama dan satu uang kertas terbaru. Keduanya bergambar Benjamin Franklin. Yang lama dengan gambar Benjamin Franklin di bawah tulisan United States of America. Uang baru dengan gambar Benjamin Franklin besar mengambil ukuran lebar penuh uang tersebut.

Berikut perbedaan dollar AS asli dengan dollar AS palsu:
100 dollar AS lama
1. Perhatikan pita tulisan Franklin di bawah gambarnya, terutama ujung pita bagian kanan. Di bagian lekukan pita tersebut terputus sekitar 0,5 milimeter bagi uang kertas yang palsu. Yang asli menyambung terus bagian sudut lekukan pita tersebut.

2. Pada bagian angka 100 di kiri bawah, khususnya garis melingkar angka 100 tersebut bagian kanan, di bagian lekukan, bagi uang yang palsu cetakannya jelek bersih. Sedangkan uang yang asli justru seperti kotor seperti ada cacat hitam sedikit.

3. Bagian belakang uang kertas perhatikan lonceng pada atas gedung yang menunjukkan jam 1:22 (13:22). Garis panjang jam yang ke angka menit 22 itu terpotong dengan bulatan lonceng tampak kotor jelek. Sedangkan yang palsu justru bagus bersih cetakannya.

100 dollar AS yang baru
Di sinilah yang sangat sulit dibedakan dan sangat banyak beredar di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Uang palsu 100 dollar AS terbaru sama sekali tak ada perbedaan kesalahan satu sama lain.

Semua sama persis yang asli dan yang palsu. Perbedaan yang bisa dilihat pakai mata atau pakai sinar ultra violet atau kaca pembesar, karena yang palsu menggunakan tinta cetak security yang hampir sama. Hanya karakter kimia tinta cetak palsu agak sedikit beda. Hal ini sangat kelihatan setelah dilacak detil rumusan kimia tinta, penelitian mendalam, dijadikan data, dijadikan grafik, barulah ketahuan perbedaan grafik antara tinta cetak palsu dan aslinya.

"Sudah sangat canggih uang palsu 100 dollar AS yang baru, ini sangat berbahaya dan sangat banyak beredar di Asia Tenggara serta Timur Tengah," papar Matsumura.

Mendapatkan data tercanggih itu pun, membuat alat deteksinya menjadi tercanggih di dunia, tak ada yang lebih canggih dari alatnya untuk mendeteksi semua uang 100 dollar AS.

"Bahkan uang lecek, kotor, baru dan tererosi karena terlalu dipakai dan sebagainya, tetap bisa terdeteksi dengan baik, mengetahui apakah itu uang asli atau uang palsu," jelasnya.

Mesin deteksi kami secara otomatis mendeteksi dan menghitung waktu uang kertas, serta otomatis menganalisanya. Jadi bisa tahu uang itu asli atau palsu walaupun keadaan terlipat, atau kotor atau bau sekali pun.

Uji coba dilakukan berkali-kali dan semua berhasil dengan baik membedakan uang asli atau palsu meskipun sudah terlipat, lecek, kotor dan bau. (Koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo)
baca juga: Banyak Dollar AS Palsu Beredar di Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Kembali ke Masyarakat, Warga Binaan Lapas di Balongan Dibekali Keterampilan Olah Sampah

Sebelum Kembali ke Masyarakat, Warga Binaan Lapas di Balongan Dibekali Keterampilan Olah Sampah

Whats New
TLPS Pertahankan Tingkat Suku Bunga Penjaminan

TLPS Pertahankan Tingkat Suku Bunga Penjaminan

Whats New
BRI Life Fokus Pasarkan Produk Asuransi Tradisional, Unitlink Tinggal 10 Persen

BRI Life Fokus Pasarkan Produk Asuransi Tradisional, Unitlink Tinggal 10 Persen

Whats New
Dukung Pengembangan Industri Kripto, Upbit Gelar Roadshow Literasi

Dukung Pengembangan Industri Kripto, Upbit Gelar Roadshow Literasi

Whats New
Agar Tak 'Rontok', BPR Harus Jalankan Digitalisasi dan Modernisasi

Agar Tak "Rontok", BPR Harus Jalankan Digitalisasi dan Modernisasi

Whats New
Emiten Beras, NASI Bidik Pertumbuhan Penjualan 20 Pesen Tahun Ini

Emiten Beras, NASI Bidik Pertumbuhan Penjualan 20 Pesen Tahun Ini

Whats New
Sri Mulyani Tanggapi Usulan Fraksi PDI-P soal APBN Pertama Prabowo

Sri Mulyani Tanggapi Usulan Fraksi PDI-P soal APBN Pertama Prabowo

Whats New
Menhub Sarankan Garuda Siapkan Tambahan Pesawat untuk Penerbangan Haji

Menhub Sarankan Garuda Siapkan Tambahan Pesawat untuk Penerbangan Haji

Whats New
Apindo: Pengusaha dan Serikat Buruh Tolak Program Iuran Tapera

Apindo: Pengusaha dan Serikat Buruh Tolak Program Iuran Tapera

Whats New
Orang Kaya Beneran Tidak Mau Belanjakan Uangnya untuk 5 Hal Ini

Orang Kaya Beneran Tidak Mau Belanjakan Uangnya untuk 5 Hal Ini

Spend Smart
Apindo Sebut Iuran Tapera Jadi Beban Baru untuk Pengusaha dan Pekerja

Apindo Sebut Iuran Tapera Jadi Beban Baru untuk Pengusaha dan Pekerja

Whats New
Emiten Produk Kecantikan VICI Bakal Bagi Dividen Tunai Rp 46,9 Miliar

Emiten Produk Kecantikan VICI Bakal Bagi Dividen Tunai Rp 46,9 Miliar

Whats New
Apa Itu Iuran Tapera yang Akan Dipotong dari Gaji Pekerja?

Apa Itu Iuran Tapera yang Akan Dipotong dari Gaji Pekerja?

Whats New
Soroti RPP Kesehatan, Asosiasi Protes Rencana Aturan Jarak Iklan Rokok di Baliho

Soroti RPP Kesehatan, Asosiasi Protes Rencana Aturan Jarak Iklan Rokok di Baliho

Whats New
Aturan Impor Berubah-ubah, Pemerintah Dinilai Tidak Konsisten

Aturan Impor Berubah-ubah, Pemerintah Dinilai Tidak Konsisten

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com