Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Pantura Cepat Rusak, Karena Korupsi?

Kompas.com - 19/08/2014, 06:00 WIB

Kelima, teknologi di pelabuhan kita masih perlu ditingkatkan. Diperlukan teknologi dan software manajemen dan birokrasi yang modern, disamping space yang luas untuk memudahkan penempatan barang.

Keenam, tentu saja diperlukan pelabuhan-pelabuhan yang terintegrasi. Malaysia sendiri tengah menjual kepada investor agar berinvestasi di pelabuhan Iskandaria yang luasnya 3 kali luas Pulau Singapura. Di situ jalin-menjalin sebuah kesatuan antara pelabuhan, kota wisata, kota produksi, perdagangan dan superblock perumahan. Artinya semua aktifitas kehidupan kepelabuhanan terjadi di satu tempat. Jadi truk-truk itu tak perlu keluar masuk pelabuhan sehingga potensi merusak jalan di luar bisa dieliminir.

Dan ketujuh, tentu saja diperlukan pola pikir baru dalam investasi. Diperlukan manajemen agilitas untuk menangkap peluang-peluang ini. Birokrasi kementerian harus berubah, dari keukeuh terhadap aturan yang saling membelenggu (aturan demi aturan dan harga diri kementerian) menjadi manajemen yang lincah dan berorientasi pada percepatan kesejahtraan rakyat (aturan yang pro daya saing, yang adaptif). Sekarang ini kita masih keukeuh dengan siapa yang pegang kuasa dan siapa yang pangkat jabatannya lebih tinggi. Birokratis sekali.

Saling berhubungan

Jadi, apa penyebabnya jalur Pantura (juga Trans Sumatra dan Trans Sulawesi) menjadi proyek abadi? Mudah dibaca bukan? Semua kait mengait. Kuncinya ada di pemerintahan sendiri, tinggal dibuka saja pintu-pintu yang masih terkunci.

Maka, menjadi menarik konsep ekonomi maritim pemerintahan Jokowi. Sebagai mantan Walikota atau Gubernur, Ia tahu persis mengapa kota-kotanya macet, banjir, dan harga pangan naik terus. Ia juga tahu kondisi-kondisi logistik kita. Ia juga mengerti mengapa birokrasi-birokrasi pemerintah pusat dan daerah saling mengunci.

Maka selain jalan tol laut, Pendulum Nusantara dan Ekonomi Maritim, semua kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi kerakyatan perlu diurai, dirapihkan kembali, direinvestasi lagi. Untuk presiden yang tangkas, diperlukan agility management yang merapihkan dan mendinamisasikan cara kerja birokrasi.

Kalau tidak, Pantura hanyalah salah satu akibat yang kita keluhkan hanya setahun sekali saja, yaitu saat kita perlu jalan buat mudik. (Prof Rhenald Kasali)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com