Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia-Australia Sepakati Kerjasama Pengadaan Sapi

Kompas.com - 22/08/2014, 22:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Bidang Promosi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Himawan Hariyoga, mengatakan, Indonesia dan Australia telah menyepakati kerja sama prioritas untuk menciptakan ketahanan pangan pada sektor sapi dan daging sapi.

Menurut Himawan dalam rilis BKPM yang diterima di Jakarta, Jumat (22/8/2014), kesepakatan antara kedua negara tercapai pada pertemuan kedua "Kemitraan Indonesia-Australia Partnership untuk Keamanan Pangan Sektor Daging Merah dan Sapi".

Ia menjelaskan, tujuan kerja sama ini adalah untuk mensinergikan kekuatan dan potensi kedua negara pada sektor ternak dan daging sapi, serta menciptakan daya saing dalam bidang investasi yang akan dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia.

Himawan menambahkan, Indonesia nantinya tidak ingin hanya menjadi pasar bagi sapi serta produk daging sapi Australia dan negara lain, tetapi harus menjadi bagian dari rantai distribusi makanan dunia.

Untuk itu, melalui kemitraan dengan Australia, Indonesia dapat memasarkan produk-produk daging halal ke pasar ASEAN, Asia, dan Timur Tengah. Upaya itu sejalan dengan niat Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

"Tentu untuk memanfaatkan peluang-peluang seperti ini, kita perlu bermitra dengan negara-negara maju yang telah berhasil mengembangkannya. Agar pengembangan ternak sapi di dalam negeri sebagai upaya swasembada pangan, dapat diwujudkan secara optimal," ujarnya.

Terkait prioritas pengadaan sapi tersebut, Direktur Promosi Sektoral BKPM Ikmal Lukman menjelaskan, ketiga area kerja sama yang menjadi inti dari kemitraan untuk mewujudkan ketahanan pangan pada sektor sapi.

Prioritas pertama adalah breeding atau pengembangbiakan sapi potong. Pihak Indonesia mengusulkan dua program, yaitu program integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit dan pengembangan sapi pola pastoral semi intensif.

Usulan ini didasarkan pada hasil riset sejak tahun 2007 yang menunjukkan bahwa kelayakan usaha pengembangbiakan melalui usaha sapi yang terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan efisiensi usaha dan potensi tersedianya pupuk organik.

Selain itu, integrasi dapat mengurangi tenaga kerja pengangkut TBS (tandan buah segar), pembersihan gulma dalam rangka akselerasi pembangunan peternakan sapi berkelanjutan. Pola ini telah dilakukan antara lain oleh PT Sulung Ranch di Kalimantan Tengah.

Sedangkan, pola pastoral semi intensif dibutuhkan untuk mengakselerasi pemanfaatan lahan-lahan padang penggembalaan sapi sebagaimana yang telah dikembangkan oleh PT Berdikari di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

"Kemampuan tenaga ahli di bidang padang penggembalaan dan dukungan indukan sapi asal Australia, dibutuhkan untuk menjadikan prototipe pola pastoral lainnya di Indonesia," kata Ikmal.

Prioritas kedua, adalah pengolahan daging sapi. Forum menyepakati ujicoba proyek untuk area pengolahan berupa perbaikan dan peningkatan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Menurut Ikmal, beberapa RPH Kategori II yang diusulkan, diantaranya terdapat di daerah NTT dan Banyumulek (NTB). Sementara, RPH Kategori I diusulkan pada daerah Bubulak, Bogor, Jawa Barat dan Malang, Jawa Timur.

Prioritas ketiga adalah logistik dan transportasi. Australia diusulkan untuk berkontribusi dalam mendesain kapal angkutan ternak dan mendesain pelabuhan bongkar muat ternak, terutama pada lokasi yang sesuai dengan kajian bersama dan koordinasi dengan Indonesia.

"Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sesuai prioritas, telah disetujui program capacity building bagi 50 sarjana peternakan Indonesia yang bekerja pada sektor peternakan untuk melakukan magang di Australia dalam bidang pengembangbiakan, pengolahan, dan logistik," ujar Ikmal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com