Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KADIN: BBM Bersubsidi Langka, Konsumen Tidak Bisa Disalahkan

Kompas.com - 27/08/2014, 20:59 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) menilai, penyataan Pertamina yang menganggap konsumen BBM bersubsidi di Pulau Jawa manja tidak tepat. Bahkan, KADIN juga mempertanyakan pernyataan Pertamina tersebut.

"Kok konsumen yang disalahkan? Jangan disalahkan konsumennya, yang disalahkan itu bagaimana mengatur politik anggaran kita," ujar Wakil Ketua KADIN Bidang Logistik Natsir Mansyur di Jakarta, Rabu (27/8/2014).

Mansyur mengatakan, terjadinya kepanikan di masyarakat bukannya tanpa sebab. Menurut dia, justru kebijakan Pertamina yang membuat panik masyarakat, sehingga terjadi antrean pembelian BBM diberbagai SPBU seluruh Indonesia.

"Ya bukan manja, itu kan kebijakan yang dibuat BPH Migas dan Pertamina. Itu kan kebijakan yang kurang tepat karena tidak merata dan diskriminasi. Masak ada SPBU dapat jatah tapi ada yang tidak dapat. Itu kan politiknya besar sekali dan bisa membuat masyarakat resah," kata dia.

Lebih lanjut Mansyur mengatakan, Pertamina sebagai operator BBM di Indonesia seharusnya menerapkan prinsip korporasi dengan baik. Dengan itu, jika kuota BBM bersubsidi habis, maka Pertamina harus menghentikan penjualan BBM dengan harga subsidi dan menjual dengan harga BBM non-subsidi.

"Ini sekarang kan kacau orang jadi ketakutanlah. Biasalah kan rakyat kecil sepanjang bisa membeli minyak, kalau jam 12 harga BBM bersubsidi mau dinaikkan, sorenya sudah terjadi ketakutan," kata Mansyur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastruktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastruktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com