Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlukah Petral Bubar?

Kompas.com - 07/10/2014, 09:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Wacana pembubaran PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) yang berbasis di Singapura menimbulkan pro dan kontra di pelaku usaha minyak dan gas bumi (migas). Terutama setelah Tim Transisi Joko Widodo–Jusuf Kalla membuka wacana adanya rencana pembubaran Petral lantaran perusahaan trading tersebut diduga jadi sarang mafia migas. 

Dugaan Petral menjadi sarang mafia migas ini tegas di bantah Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina, Muhamad Husen. Sebab selama ini Petral sudah berulang kali di periksa tapi tak ada bukti praktik mafia migas di sana. "BPK juga sudah memeriksa bolak-balik dan tidak terbukti kan, toh yang datang kesana juga macam-macam tak terbukti sama sekali," jelasnya.

Pun demikian, Pertamina tak mau reaktif dengan pelbagai wacana yang berkembang. Husen menegaskan, Pertamina sampai saat ini menunggu kebijakan dari pemerintah. "Saya siap saja apa kebijakan pemerintahan baru nanti terhadap Petral, kalaupun dibubarkan ya silakan," katanya kepada KONTAN, pekan lalu. 

Pertamina menegaskan, tidak ada kerugian apapun terhadap perseroan jika pilihan kebijakan pemerintah baru akhirnya menginginkan agar Petral dibubarkan. "Dampaknya tidak besar, toh sampai hari ini bisnis-bisnis hilir di Pertamina kalau dari dampak keuangannya tidak besar," klaimnya.

Husen membeberkan, fungsi Petral di Singapura hanya menampung minyak-minyak yang dipasok oleh trader di Singapura. Jadi, dari sisi Pertamina tidak berdampak pada keuangannya.

Hanya, Ketua Dewan Pembina Komunitas Migas Indonesia Iwan Ratman berpendapat, saat ini untuk kebutuhan pasokan minyak, peran Petral sangat dibutuhkan. Pasalnya, pasokan minyak untuk Indonesia sendiri juga bergantung pada Petral. "Kalau Petral bubar, bahan bakar minyak (BBM) langka, siapa yang dirugikan, pemerintah juga kan," urainya.

Pengamat sekaligus praktisi migas John Karamoy juga senada mengatakan sebaiknya pemerintahan Jokowi-JK tidak perlu membubarkan Petral. Hanya, yang perlu dilakukan adalah memperbaiki praktik tidak benar yang dilakukan Petral. "Kalau mau dibubarkan ya cara-cara mereka yang gak benar," tegas dia.

Menurutnya, soal mafia migas memang sulit dipisahkan dari Petral, sebab setiap transaksi minyak yang terjadi di Petral selama ini penuh permainan. Indonesia sering mengimpor minyak mentah dan produk BBM. "Petral selama ini yang menangani impor minyak mentah dan BBM untuk Indonesia. Nah, di sinilah terjadi permainan," ujarnya.

Ke depannya, kata Karamoy, sebaiknya Pertamina sendiri yang menangani ekspor dan impor minyak mentah dan BBM untuk kebutuhan negara. 

Dengan begitu, jika mendapatkan diskon saat melakukan bisnis impor minyak mentah maupun BBM ini langsung didapatkan dan dinikmati oleh negara, bukan broker. (Agustinus Beo Da Costa, Pratama Guitarra)

baca juga: Pertamina: Petral Masalahnya di Mana?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com