Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanen Ratusan Juta Rupiah dari Bisnis Sayuran Jepang

Kompas.com - 12/10/2014, 09:13 WIB

Sementara itu, produk sayuran yang ia jual bukan hanya berasal dari lahannya. Ia juga memasok sayuran dengan menjalin kerjasama dengan beberapa mitra di Jawa Barat. Untuk penjualan, Okiagaru bisa mengantongi omzet sekitar Rp 70 juta per bulan dengan laba bersih sekitar 20 persen.

Dua pilihan

Apakah Anda tertarik menggeluti bisnis ini? Anda bisa pilih membudidayakan sendiri seperti Agus di Okiagaru Farm atau jadi pemasok saja seperti yang dilakukan Kostaman. Apapun pilihan Anda, kunci utama kesuksesan usaha ini ialah mendapatkan pasar yang tepat.

Agus menegaskan, akses pasar adalah faktor utama untuk terjun ke bisnis sayuran jepang. Pasalnya, ongkos untuk memproduksi sayuran jepang tidak murah. Merunut pengalaman dulu, dia terlebih dulu mendapatkan pasar, baru memulai produksi, yang besarnya disesuaikan dengan permintaan.

Untuk mendapatkan akses ke pasar sayuran jepang, tentu saja Anda harus mengenal jaringan pengusaha kuliner atau swalayan jepang. Lantaran pernah ikut program pertukaran petani ke Jepang, Agus sudah punya relasi dengan beberapa pemain di bisnis kuliner atau retail yang membutuhkan pasokan sayuran jepang. Dengan adanya permintaan dari pasar, Agus juga bisa menentukan pola tanam. Pasalnya, sayuran jepang butuh waktu satu bulan hingga tiga bulan untuk panen.

Akan tetapi, Anda tak harus jauh-jauh ke Jepang untuk dapat relasi di bisnis ini. Agus menyarankan bagi pemula yang menggeluti usaha ini supaya bergaul dengan komunitas masyarakat Jepang.  Strategi ini bertujuan membuka celah untuk menembus pasar. “Membangun relasi bisa dimulai dari situ, telusuri akses yang membuat kita bisa mengenal para pengusaha yang selanjutnya bisa jadi klien kita,” tandasnya.

Yang tak boleh dilupakan adalah keterampilan berbahasa Jepang. Meski sepele, hal ini penting untuk bisa berkomunikasi dengan klien yang merupakan warga Jepang.  “Kemampuan berbahasa menjadi kelebihan untuk bernegosiasi dengan klien,” ujar dia.

Agus juga menegaskan pentingnya memiliki sumber daya manusia yang berpengalaman di bidang pertanian. Sebab,  jika hanya belajar pertanian secara teori belum tentu menguasai kondisi lapangan. “Kalaupun punya modal dan sudah ada pasar, tapi jika tidak ada ahli pertanian di lapangan, hasilnya tidak akan maksimal,” ujarnya. Minimal, ketika merintis usaha produksi sayuran Jepang, harus ada pendamping ahli di bidang pertanian sayuran.

Saat membuka lahan, Agus membutuhkan banyak karyawan, bahkan hingga 40 orang. Namun, untuk perawatan ta-naman sayuran, karyawan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Tiap hektare lahan diawasi tiga orang karyawan.

Selanjutnya, Agus mengatakan, modal untuk merintis lahan produksi sayuran jepang cukup mahal. Dus, kesiapan dana harus diperhatikan. Menurut Agus, penyewaan lahan, setidaknya, berlangsung selama tiga tahun dengan minimal lahan tiga ha. Hitungan sederhananya, investasi yang dikeluarkan berkisar Rp 80 juta per ha. Sebanyak 80 persen dari dana itu digunakan untuk membiayai operasional lahan. Sisanya untuk dana cadangan.

Pengeluaran pun dihitung per musim panen. Belanja terbesar untuk membeli benih, pupuk, dan pestisida. Benih bisa dibeli pada distributor benih yang mudah ditemukan. Biaya gaji karyawan juga termasuk pengeluaran besar yang harus dicermati. Dengan hitung-hitungan ini, Agus bilang, petani bisa mencapai titik impas usaha dalam dua tahun.

Jika tak mau menanam sendiri, Anda bisa jadi pemasok saja. Berhubung ketersediaan lahan yang terbatas, Kostaman memilih cara ini. Dengan modal  awal Rp 15 juta, ia merintis usaha memasok sayuran jepang ke berbagai swalayan.

Kostaman bermitra dengan lebih dari 60 petani di Jawa Barat. Para petani ini sepakat menyerahkan hasil panen sayuran jepang ke Kostaman. Selanjutnya, Kostaman menyortir sayuran ini sebelum dikemas. Proses penyortiran dilakukan secara manual. Sementara, pengemasan dibantu dengan mesin pembungkus plastik.

Selain untuk kedua proses itu, karyawan juga dibutuhkan untuk proses distribusi. Untuk kegiatan ini, Kostaman mempekerjakan 21 orang. Kostaman mengantarkan sayuran yang sudah dikemas ke gerai-gerai supermarket yang jadi langganannya. Pengiriman dilakukan tiga kali dalam seminggu, yakni Senin, Rabu, dan Jumat. Jadi proses pengemasan dilakukan sehari sebelum pengiriman.

Sayuran jepang dikirim menggunakan empat armada mobil boks miliknya.  Tiap mobil bisa mengangkut sampai 1,5 ton sayuran jepang. Hingga kini ada sekitar 40 gerai swalayan yang mendapat pasokan sayuran Jepang dari Kostaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com