Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusdi Kirana di Balik Lion Air (1): Saya Ini Pengusaha Airlines yang Penuh Misteri

Kompas.com - 21/02/2015, 15:05 WIB

Hollande berterima kasih karena pemesanan itu mampu mengamankan 5.000 pekerja selama 10 tahun ke depan dan membantu perekonomian Perancis yang tengah dilanda krisis.

Belum lagi pesanan 60 pesawat jenis ATR 72 dari Perancis, beberapa pesawat Hawker 900, dan saat ini sedang menjajaki untuk pemesanan pesawat C-series dari Bombardier, Kanada.

Industri penerbangan nasional, PT Dirgantara Indonesia (DI), juga tak ketinggalan menjadi incarannya. Produk baru pesawat N- 219, yang masih dalam tahap preliminary design, disebut-sebut akan dipesannya sebanyak 100 unit.

"Kita harus punya 1.000 pesawat dan sekarang sudah pesan sekitar 700 pesawat. Sudah datang 120-130 pesawat," ungkap Rusdi.

Pada suatu sore awal Oktober 2013 di Kemang, Jakarta, Reni Rohmawati dari Majalah Angkasa, berbincang dengan pendiri dan CEO Lion Air Rusdi Kirana. Perbincangan sore itu sempat diselingi pertemuan dengan pemilik Kem Chicks, almarhum Bob Sadino. Sambil minum kopi dan makan pisang goreng, pertemuan itu terasa menyegarkan.

Obrolan Rusdi dan Bob antara serius dan bercanda, ditingkahi tawa berderai keduanya. "Pak Bob boleh jadi bintang iklan Lion Air: low cost, tapi high profile. Itu Lion Air," ucap Rusdi.

"Tapi, saya tak pernah naik Lion Air. Orang lebih kenal Kem Chicks daripada Lion Air," jawab Bob, seraya menegaskan bahwa sejujurnya ia tak pernah terbang dengan Lion Air karena tak ada kelas bisnis.

"Aku bukan tak tahu. Lion di mana-mana ada, tapi tak kelihatan sama aku. Ini bukan maksud menghina. Artinya, ada dua: aku ingin tahu Lion Air seperti apa atau Lion memang bukan kelas gua!"

Beberapa saat kemudian, Bob menanyakan keseriusan Rusdi atas tawarannya itu. "I will. Pak Bob pantas untuk jadi bintang iklan Lion Air; penampilan sederhana, duitnya banyak. Kalau ada yang ngomelin, nanti bantuin sama Pak Bob omelin," ujar Rusdi.

"Ok, you make me fly by Lion! Kita bantu Lion untuk jadi iklannya," kata Bob.

Berikut adalah wawancara eksklusif dengan Rusdi, pria kelahiran Jakarta, 17 Agustus 1963, ini.

Sebenarnya, siapakah Rusdi Kirana?

Saya ini pengusaha airlines yang penuh misteri. Tony Fernandez (Air Asia), orang tahu dari A sampai Z. Richard Branson (Virgin Atlantic), A-Z tahu. Saya tak ada yang tahu, even Pak Bob tak tahu. Kalau tahu, imej-nya pasti beda, responsnya beda. Even Boeing pun tak tahu saya, sampai sekarang. Saya jalani semua. Hinaan, masalah "orang bermain", saya terima. Selama 13 tahun saya tutup buku, saya akan buka.

Selama 13 tahun, saya "kacamata kuda", seperti tiga patung monyet yang ada di Jerman: tutup mata, tutup mulut, tutup telinga. Kalau saya ikuti semua, saya akan down. Waktu kejadian di Bali (pesawat B737-900ER-nya "mendarat" di laut), semua TV saya matikan, koran saya buang, supaya saya tak goncang. Saya mau fokus pada kerjaan saya. Kalau diikuti, saya akan discouraged.

Itu tak perlu didebatkan. Yang menjustifikasi kita benar atau salah, it’s not us. Sudah terjadi, kita perbaiki, kita improve, kita tahu ada yang 'bermain'. Kita panggil direktur saya. Kita buat SOP. Jadi, how to lead a company? We have to be strong, we have to be the strength.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com