Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Semua Diambil BUMN, Swasta Dapat Apa?

Kompas.com - 25/02/2015, 09:00 WIB

Jangankan tumbuh, hidup pun menjadi susah, apalagi saat kita mulai impor BBM. Keuntungan BUMN hampir semuanya ditarik negara untuk menambal APBN. Sementara itu, Petronas yang belajar dari Pertamina (1973-1974) justru melaju kencang dengan konsep Pertamina yang uangnya dikelola sendiri.

Saat Ari Soemarno memimpin Pertamina, ia pun melakukan transformasi besar-besaran. Ia juga punya gagasan berani menjadikan BUMN besar ini: non listed public company agar transparan dan tak bisa diganggu-ganggu politisi. Gagasan itu ternyata tidak dikabulkan. Pemerintah sepertinya masih senang melakukan intervensi pada BUMN saat itu.

Menjelang berakhirnya kekuasaan Orde Baru kita pun menyaksikan persoalan-persoalan besar BUMN seperti yang dikatakan para ilmuwan pasca-perang dingin: rugi, salah urus, birokratik dan seterusnya. Beberapa di antaranya menjadi sarang KKN para pejabat dan keluarganya serta partai-partai politiknya.

Wajar bila di awal reformasi sejumlah BUMN mengalami krisis. Pada saat itulah pemerintah turun tangan menyelamatkan mereka dengan tiga jalan: mempekerjakan profesional, menambah penyertaan modal negara, atau go public.

Pertamina, PT Kereta Api Indonesia dan Garuda Indonesia berhasil melakukanturnaround karena dipimpin para profesional. Bank Mandiri, BNI, PT Telkom dan sejumlah BUMN kekaryaan menjadi besar dan profesional setelah go public. Sedangkan Merpati dan Djakarta Lloyd karam meski disuntik tambahan uang negara.


Sementara di Asia kita menyaksikan China Petrochemical Corp, China National Petroleum Corp menduduki posisi teratas dalam urutan Fortune 500 dengan pendapatan masing-masing 2,88 triliun yuan dan 2,26 triliun yuan pada 2013. Demikian juga China State Construction Engineering Corp.

Fortune mencatat 29 financial institutions melaporkan profit sebesar 1,27 triliun yuan, atau lebih dari separuh  total profit ke 500 perusahaan yang disurvei. The "Big Four" bank BUMN nya  juga mencatat kemajuan penting. Industrial and Commercial Bank of China Ltd (ICBC) meraih keuntungan 262,6 iliar yuan pada tahun 2013.

Demikian juga kita mendengar kedigdayaan Khazanah (Malaysia), Petronas, Temasek (Singapura), KNOC ( Korea Selatan), PTT (Thailand), Aramco (Saudi) dan sererusnya. Semuanya berkibar di Asia. Maka cara pandang dunia terhadap BUMN pun berubah. Catatan-catatan baru para ilmuwan terhadap BUMN pun menemui pintu baru, sementara sejumlah orang  masih menggunakan cara berpikir lama.

 

ist Prof Rhenald Kasali


Prof. Rhenald Kasali
adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi role model dari social business di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com