Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Rendah, Pemerintah Minta Pertamina Tingkatkan Cadangan Operasional

Kompas.com - 01/04/2015, 11:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah ingin PT Pertamina (Persero) memanfaatkan momentum harga minyak dunia yang rendah untuk meningkatkan cadangan oprasional bahan bakar minyak (BBM).

Hal tersebut mengingat harga BBM saat ini tidak lagi disubsidi, kecuali solar yang disubsidi tetap Rp 1.000 per liter. Akibatnya, harga BBM mengikuti pergerakan harga pasar. Oleh karena itu, Pertamina sebagai penyalur 95 persen BBM berpeluang untung-rugi.

Pemerintah pernah mewacanakan ketika harga minyak dunia rendah, yang artinya ada keuntungan, Pertamina bisa menggunakan laba tersebut untuk menambah pembelian dan meningkatkan cadangan operasional.

“Kalau mendengar laporan Pertamina, mereka sudah ada upaya untuk meningkatkan stok. Kalau harga lagi murah, stok naik,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, kepada wartawan setelah bertemu dengan direksi Pertamina, Jakarta, Selasa (31/3/2015).

Kendati begitu - seharusnya laba jual bisa untuk menambah cadangan operasional – Sudirman menyadari urusan stok tidak bisa dibebankan seluruhnya pada BUMN migas itu. “Formula masih akan dicari, stok itu sebetulnya beban negara. Korporasi tidak perlu dibebani berlebihan,” ucap Sudirman.

Misalnya saja kata dia, jika Pertamina menilai – berdasarkan best practice negara lain – cadangan operasional yang ideal yakni selama 20-30 hari, namun pemerintah menginginkan cadangan operasionalnya selama 60 hari, tentu pemerintah harus menanggung selisihnya.

“Jadi yang 30 hari itu ditanggung negara. Soal stok itu terus didiskusikan,” kata Sudirman.

VP Corporate Communication Wianda Pusponegoro mengaminkan, harga minyak yang rendah bisa menjadi pertimbangan korporasi untuk menaikkan cadangan operasional. Namun, atas dasar efisiensi Pertamina akan mengkalkulasi ulang, apakah dengan harga minyak dunia yang rendah seperti saat ini cadangan operasional perlu ditambah, sementara pada beberapa jenis justru terjadi penurunan konsumsi.

Salah satunya adalah solar yang konsumsinya tercatat turun sejak diberikan subsidi tetap, menjadi 34.000 kiloliter per hari. Pada Desember 2014 lalu konsumsi solar mencapai 46.000 kiloliter per hari. “Dengan kondisi tren sekarang, 17 hari (cadangan solar) memadai,” kata Wianda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Whats New
41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

Whats New
Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Whats New
Simak, 6 Tips Menjaga 'Work Life Balance'

Simak, 6 Tips Menjaga "Work Life Balance"

Work Smart
Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Whats New
Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Whats New
AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

Whats New
Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com