Bila setiap hari hal itu dilakukan, maka kita akan mendapatkan sebuah garis yang disebut garis pergerakan harga 200 hari bursa, dalam bahasa analisis harga dikenal dengan Moving Average 200 (MA200).
Tapi dari sekian banyak rata-rata harian penutupan bursa, misalnya 10 hari, 30 hari, 100 hari, mengapa contohnya harus 200 hari bursa?
Mari kita berhitung. Dalam waktu 1 bulan, rata-rata terdapat 20 hari bursa (5 hari kerja dalam seminggu x 4 minggu dalam sebulan), dan dalam 1 tahun terdapat 12 bulan, yang berarti kita mendapatkan 240 hari bursa. Bila mengeliminasi hari libur atau tanggal merah, kita akan mendapatkan 200 hari bursa dalam satu tahun.
Artinya, bila sebuah saham memiliki harga di atas rata-rata 200 hari bursa saat ini, dapat dikatakan saham itu sedang bertumbuh harganya. Begitu pula dengan kebalikannya. Berikut ilustrasinya:
Dan yang di bawah pergerakan 200 hari bursa:
Namun bila sebuah pergerakan saham mampu bertahan dan kembali ke atas 200 hari bursa, perusahaan itu bisa kembali pulih. Inilah contoh lainnya:
Apakah Anda merasa terbantu dengan menggunakan alat analisis ini? Bila ya, mungkin Anda harus mulai memperdalam analisis teknikal pada pergerakan harga saham.
Salam investasi untuk Indonesia
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.