Namun kata dia, apabila ditelisik kuartal per kuartal, pertumbuhan kredit dari Desember 2014 ke Maret 2015 negatif. Padahal, target pertumbuhan kredit BCA tahun ini mencapai 12-15 persen. Namun, Jahja mengatakan tak memaksakan menaikan pertumbuhan kredit yang tak sesuai dengan kondisi pasar yang saat ini loyo. Baginya, itu sama saja melawan arus pasar.
"Meski likuiditas baik, permodalan cukup tapi kalau pasarnya itu tak bergairah untuk meningkatkan produksi, maka kita tidak boleh memaksakan kredit growth yang tinggi. Kalau kita paksakan sama saja dengan melawan arus," ujar Jahja di Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Persoalannya kata dia, apabila perseroan tetap memaksakan pertumbuhan kredit yang tinggi tetapi pasar tak bergairah, maka penarikan kredit justru akan dilakukan oleh para spekulan. Artinya, pemberian kredit belum tentu untuk bisnis yang ditekuni oleh penerima kredit.
"Atau diberikan kepada pemain baru yang oportunis memanfaatkan situasi saat ini. Nah sebagai bankir kita harus melihat secara jernih situasi ini sehingga kita harus pantau triwulan per triwulan apakah target kredit yang kita patok itu bisa menurun atau malah naik," kata dia.
Sikap menunggu yang saat ini dilakukan BCA kata Jahja merupakan bagian dari strategi perseroan dalam mencermati kondisi makro ekonomi saat ini. Sikap itu pula menurutnya bisa bermanfaat apabila ternyata kondisi pasar kembali bergairah. BCA bisa menaikan target kreditnya.
Berbagai indikator pun menjadi pertimbangan BCA apakah akan menaikan target pertumbuhan kredit tahun ini atau tidak. Indikator tersebut misalnya, pertumbuhan investasi, lancarnya pencairan anggaran pemerintah baik pusat maupun daerah, serta daya beli masyarakat yang meningkat.
Saat ini, berbagai kredit yang diberikan BCA misalnya kredit komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM) sebesar Rp 134,4 triliun. Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Rp 54,8 triliun. Sedangkan kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Rp 28,7 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) pada Maret 2015 ada dilevel 0,7 persen dengan rasio cadangan kerugian kredit sebesar 297,6 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.