Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asing "Mengamuk", Dana Rp 315 Triliun Menguap dari Bursa

Kompas.com - 30/04/2015, 10:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendung masih enggan pergi dari pasar saham Indonesia. Tiga hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor 6,07 persen ke posisi 5.105,56. Semua sektor kemarin kompak memerah. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), indeks saham minus 2,32 persen.

Dana asingpun lari tunggang langgang. Enam hari terakhir, pemodal asing mencatatkan penjualan bersih atau net sell sekitar Rp 6,94 triliun. Empat hari terakhir, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia anjlok Rp 315 triliun, dari Rp 5.479 triliun di 24 April lalu menjadi Rp 5.164 triliun, kemarin.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo kinerja emiten big caps di kuartal I 2015 mengecewakan para pemodal. Dia mencontohkan, laba per saham atau earning per share (EPS) Telekomunikasi Indonesia (TLKM) di kuartal pertama tahun ini cuma Rp 38,8. Padahal, ekspektasinya adalah Rp 41,8. Kemudian EPS Bank Central Asia (BBCA)  Rp 165, di bawah harapan awal Rp 190 per saham.

Kondisi ini cukup mengejutkan. Semula analis masih berharap, EPS emiten bisa tumbuh 15 persen. Namun ternyata, rata-rata EPS cuma naik 8 persen. "Secara keseluruhan, kinerja emiten jauh di bawah ekspektasi," ungkap Satrio.

Dus, pertaruhan terakhir Presiden Joko Widodo di mata para investor adalah target pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi tahun ini tak sebagus perkiraan, IHSG semakin terpuruk dan orang mulai putus harapan.

Analis First Asia Capital David Sutyanto memperkirakan, IHSG bisa semakin tertekan. Data-data ekonomi  diperkirakan memburuk. Belum lagi strategi  sell on may and go away. "Tahan diri, tunggu asing selesai mengamuk," tutur David.

Sementara, Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI) Sanusi berpendapat, fluktuasi pasar merupakan hal yang biasa. Apalagi, IHSG sudah lama tak terkoreksi. Dia menilai, koreksi indeks sekitar 10 persen-15 persen masih positif bagi pasar saham. Dengan koreksi tersebut, pasar saham diharapkan tumbuh lebih tinggi.

Sanusi menyarankan investor memperhatikan saham mana saja yang harganya telah jatuh cukup dalam. Apabila saham tersebut masih memiliki fundamental  yang bagus, maka masih layak dibeli investor.

Satrio juga menyarankan para pemodal melihat koreksi ini untuk mengakumulasi beli. Menurut dia, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI) cenderung murah karena sudah merosot lebih dari 10 persen.

Bersiap revisi target

Satrio memperkirakan, level resistance IHSG pekan depan di 5.250 hingga 5.350. Sedangkan level support-nya di  5.005-4.900. Namun jika IHSG terjun ke bawah 5.000, Satrio merasa harus merevisi proyeksi IHSG yang telah dia buat. Semula, Satrio memperkirakan IHSG mampu ditutup di level 6.100 hingga 6.300 pada tahun ini.

Apabila pada akhir bulan ini indeks saham mampu merobek pertahanan 5.000, David memproyeksikan, indeks bisa berbalik arah. Tapi sampai akhir tahun ini, David masih optimistis IHSG tutup di posisi 5.850. (Annisa Aninditya Wibawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com