Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menuturkan, molornya puncak produksi di Lapangan Banyu Urip, Jawa Timur, menjadi faktor signifikan melesetnya realisasi lifting.
"Target kita 825.000 bph. Outlook yang tercapai cuma 812.000 bph. Yang paling signifikan berpengaruh itu Banyu Urip karena kemarin sempat ada masalah sehingga puncak produksi tertunda 1,5 bulan," ucap Amien ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (26/8/2015).
Amien memperkirakan, puncak produksi Lapangan Banyu Urip baru terjadi pada akhir November 2015. "Makanya, aku berharap, tidak ada masalah lagi ya," lanjut Amien.
Namun, dia menambahkan, melesetnya lifting bukan hanya disebabkan masalah di Lapangan Banyu Urip. "Di blok lain ada banyak. Biasanya karena unplanned shutdown, seperti di Tuban kemarin ada pipa bocor. Karena pipa bocor, pompa dihentikan, otomatis tidak produksi," kata Amien.
Catatan SKK Migas, realiasi lifting minyak dan kondensat nasional dari Desember 2014 hingga 31 Juli 2015 mencapai 756.000 bph. Sementara itu, target lifting yang dibacakan dalam nota keuangan RAPBN 2016 sebesar 830.000 bph.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.