Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hans Prawira, Mantan Konsultan yang Sukses Jadi Bos Alfamart

Kompas.com - 18/09/2015, 07:15 WIB

Menjaga pertumbuhan

Perkembangan jumlah gerai dan bisnis Alfamart berbanding lurus dengan perkembangan karier Hans di AMRT. Setelah tujuh tahun duduk sebagai Direktur Keuangan  Alfamart,  tahun 2008, Hans duduk sebagai deputy managing director.

Setahun berselang, yakni pada tahun 2009,  menjadi tahun yang penting bagi tonggak sejarah Alfamart maupun karier Hans. Pada tahun tersebut, Sumber Alfaria resmi menjadi perusahaan terbuka lewat penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan ticker AMRT "Setelah perusahaan IPO, saya dituntut untuk menguasai bidang selain keuangan," ujarnya.

Karier Hans terus menanjak seiring makin ekspansifnya AMRT. Tahun 2011, Hans mendapat promosi menjadi Managing Director  AMRT. Jabatan ini selalu mampu dijawab lewat kinerja yang memuaskan perusahaan.

Puncaknya, Hans mendapat restu dari pemegang saham untuk menggantikan Feny menjadi Presiden Direktur AMRT pada Juni 2014, atau 13 tahun sejak pertama kali bergabung dengan perusahaan. Feny sendiri kini menduduki posisi sebagai Presiden Komisaris AMRT.

Dipercaya menakhodai AMRT, Hans mengaku tidak berambisi mengejar posisi itu. Dia mengaku selalu menjalankan prinsip sederhana dalam bekerja, yakni just do your best.

Dia mengatakan, dengan melakukan yang terbaik dalam pekerjaan, orang lain akan objektif memberi penilaian atas kinerjanya di perusahaan. 

Profesional

Sumber Alfaria memang  kental dengan pengaruh keluarga Djoko Susanto, pendiri sekaligus pemilik Alfamart.

Namun, dalam setiap kebijakan yang diambil, tak membuat Hans Prawira canggung. Apalagi dia masuk dalam jajaran direksi. Padahal, dirinya bukan bagian dari anggota keluarga Djoko. Pasalnya, "walaupun ini perusahaan keluarga, kami selalu menempatkan profesionalisme dalam batasan yang seharusnya," ujarnya.

Menurut Hans, jika ada anggota keluarga Djoko yang bergabung dengan Sumber Alfaria, semuanya harus bekerja sebagai profesional. Adapun Djoko selama ini lebih banyak menjalankan peran pengawasan.

Kini, tongkat estafet perusahaan berada di tangan Hans. Ia lah yang kini mengarahkan perusahaan agar terus berekspansi. Meski begitu, dia pun mengakui bahwa fokus utamanya adalah menjaga pertumbuhan bisnis yang sudah teruji selama ini.

"Dulu pertumbuhan gerai kami luar biasa. Sekarang target kami bagaimana caranya menjaga pertumbuhan itu," ujarnya.

Tiga tahun belakangan, AMRT berlari kencang. Tahun 2012, perusahaan mendirikan anak usaha baru, PT Sumber Indah Lestari (SIL) untuk menjalankan bisnis ritel kesehatan dan kecantikan DAN+DAN.

Tahun 2013, AMRT menambah kepemilikan sahamnya di anak usaha, PT Midi Utama Indonesia Tbk yang mengelola minimarket Alfamidi dan convenience store Lawson. Terakhir, tahun 2014, AMRT mulai melangkahkan kakinya ke Filipina.

Tahun ini, AMRT akan tetap memacu ekspansinya kendati ekonomi sedang lesu. Perusahaan ini tetap optimis bisa menambah 1.200 gerai. Hingga semester I-2015, perusahaan ini tercatat sudah memiliki 10.377 gerai, terdiri dari gerai milik sendiri dan gerai milik terwaralaba.

Hans menyadari perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini membuat daya beli konsumen melemah. Secara volume, penjualan menurun sebesar 3 persen. Tapi nilai penjualan masih bisa tumbuh karena kenaikan harga produk. "Strategi kami adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi," ungkap Hans.

Apabila dulu perusahaan terbilang jor-joran membuka gerai, kini akan lebih selektif memilih lokasi gerai baru. Selain menjaga pertumbuhan, saat ini, prioritas perusahaan yang berada dibawah kepemimpinan Hans adalah menjaga semangat kerja para karyawan. 

Hans teringat ketika mulai bekerja di perusahaan ini 14 tahun silam. Ketika itu, dia bilang, hampir semua karyawan baru dan seolah tengah diajak berlari kencang dan semua  harus siap. Spirit ini pula yang coba ia terus pertahankan meski harus menyadari bahwa karakteristik karyawan AMRT saat ini berbeda dengan awal tahun 2000-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com