Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebuah Harapan Baru buat Rupiah

Kompas.com - 09/10/2015, 07:41 WIB

Beban persoalan ekonomi global
Kecamuk permasalahan perekonomian dunia belumlah tuntas sepenuhnya pasca dentuman problematika utang negara-negara Eropa. Bahkan mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau Benua Biru bakalan terkendala soal sovereign seperti saat ini. Dan ibarat penyakit menular, dampak buruknya mengakibatkan goncangan yang mengganggu pemulihan ekonomi dunia. Sinyalemen berlanjutnya perlambatan ekonomi global pun memunculkan pesimisme investor pada recovery perekonomian negara-negara maju maupun berkembang.

Ketidakmenentuan ketetapan Fed Fund Rate yang semula digadang-gadang mendongkrak dollar AS dan membebani mata uang asing lainnya akhirnya malahan menjatuhkan mata uang yang dijuluki the greenback tersebut. Parahnya, The Big Dollar terkena imbas negatif tekanan persoalan ekonomi Amerika yang sulit. Langkah pasti kemana kebijakan moneter the Fed akan diarahkan pun makin memudar di tengah masih kentalnya aura dovish. Walau, bank sentral pimpinan Janet Yellen masih menjadi panduan bank sentral negara-negara lain di dunia. Hingga sinyal kewaspadaan belum sepenuhnya hilang dari benak pelaku pasar sedunia.
 
Komitmen Pemerintah RI
Optimisme bangkitnya perekonomian Indonesia kembali mengemuka seiring dengan mulai terapresiasinya rupiah atas dollar AS. Pemerintah RI pun tak mau ketinggalan memanfaatkan momen ini demi tercapainya pemulihan perlambatan ekonomi. Dimana dilakukan melalui pelaksanaan Paket Ekonomi Jilid III, yaitu antara lain terkait pengaturan harga bahan bakar premium dan pemberian insentif atas harga listrik untuk menolong kondisi perindustrian dalam negeri.

Sejalan dengan hal itu, pengawalan ketat Bank Sentral Indonesia terhadap pergerakan rupiah pun diapresiasi positif oleh pasar sehingga memunculkan nuansa kekompakan buat bangkitnya ekonomi dalam negeri. Apalagi penguatan IDR kali ini juga didorong oleh ekspektasi positif atas kesuksesan implementasi kebijakan paket ekonomi Presiden Jokowi.  
 
Depresiasi rupiah tatkala bersanding dengan dollar AS memang patutlah menjadi perhatian. Akan tetapi, tidaklah akan mengubah keadaan jika fokus partisipan hanya tertuju ke sana. Dukungan penuh rakyat agar negeri yang kaya akan sumber daya alam ini bakal melalui masalah internal di dalam negeri, maupun kecamuk persoalan ekonomi global yang menjadi ancaman saat ini dipercaya lebih ampuh. Karena sudah barang tentu semua pihak berpotensi menjadi obyek penderita apabila perekonomian Indonesia terus memburuk.

Tingginya kepercayaan diri didukung oleh dukungan segenap warga negara berpotensi menopang IDR manakala berhadapan dengan mata uang asing lain, USD khususnya. Termasuk komitmen kuat pemerintah RI mengupayakan segala cara penyelamatan ekonomi domestik yang ikut berpeluang menjadi pendukung tambahan buat mata uang IDR.
 
Dukungan warga negara dengan jumlah penduduk saat ini yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa itu dipercaya mampu menopang tetap bertahannya perekonomian domestik di tengah kondisi rapuhnya ekonomi global. Kecintaan pada negeri khatulistiwa yang tercermin pada penggunaan mata uang rupiah sepatutnya terus dikumandangkan demi mendukung valuta rupiah, khususnya pada kondisi saat ini.
 
Meski intaian ancaman pelemahan rupiah masih terbuka lebar, tapi dukungan kuat pemerintah beserta segenap rakyat dipercaya bakal mampu memunculkan energi positif tersendiri. Begitu pula halnya dengan Bank Indonesia yang memiliki tugas mulia mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Semua itu adalah demi pencapaian stabilitas ekonomi di dalam negeri.

Untuk itu, pandangan positif, dukungan dan kebanggaan kepada valuta garuda sudah selayaknyalah selalu mengiringi langkah pergerakannya. Semoga harapan baru itu kan mewujudkan dukungan kebangkitan buat rupiah dan Indonesia kelak…
(Apressyanti Senthaury – Pengamat Pasar Valas yang juga pegawai di salah satu Bank BUMN)

*Tulisan merupakan pendapat pribadi penulis

baca juga: Dollar AS Melemah, Tempat Penukaran Uang Dapat "Napas" Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com