Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan TKI Ilegal Menyesal, Ingatkan Pentingnya Gunakan Jalur Resmi

Kompas.com - 13/10/2015, 18:14 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktik penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) secara nonprosedural atau ilegal hingga saat ini masih terjadi, meskipun Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) terus melakukan berbagai langkah untuk mencegahnya. Padahal, mereka yang berangkat sebagai calon TKI (CTKI) secara nonprosedural risikonya sangat tinggi, baik dari segi keamanan maupun kepastian perlindungan.

Salah satu TKI yang punya pengalaman pahit karena diberangkatkan secara nonprosedural oleh calo TKI adalah Aliah, warga Tangerang. Aliah menjadi TKI sektor rumah tangga atau lebih dikenal sebagai penata laksana rumah tangga (PLRT) melalui mekanisme penempatan secara ilegal ke Dubai.

Aliah bekerja selama enam bulan. Namun, ia kemudian dipulangkan melalui mekanisme pemulangan TKI ilegal yang diawaki perwakilan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Mekanisme penempatan nonprosedural yang ditempuh Aliah adalah menggunakan jasa calo. Ia tidak berangkat ke Dubai melalui perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS). Awal bersentuhan dengan calo, Aliah bercerita, dia menerima fee dan dilanjutkan dengan tes kesehatan.

"Semua proses ini dilakukan di rumah. Calo datang ke rumah saya, ngasih uang (fee) dan selanjutnya medical test dan disuruh tunggu di rumah," jelas Aliah, Selasa (13/10/2015).

Jujur saja, kata Aliah, awalnya dia menolak berangkat untuk bekerja ke Dubai. Penolakan tersebut dilakukan karena jarak waktu yang terlalu cepat. Perjanjian awal berangkat setelah satu bulan dari proses awal, yaitu ketika menerima fee.

"Baru satu minggu saya dipaksa harus berangkat ke Dubai. Jika menolak, uang fee yang sudah diterimanya supaya dikembalikan. Berarti saya harus jual rumah jika mengembalikan uang itu," tuturnya. 

Selama enam bulan bekerja di Dubai, lanjut Aliah, sudah tiga kali ia berganti majikan. Pada majikan pertama, Aliah bekerja selama 18 hari karena majikan suka melakukan kekerasan.

"Dengan majikan pertama ini, salah sedikit saja, saya dipukul sama majikan perempuan. Jahat itu majikan perempuan," bebernya.

Lain halnya dengan majikan kedua. Aliah mengaku hanya bisa bertahan tiga bulan. Selama tiga bulan itu, pada awal bekerja, majikannya terlihat baik. Namun, menjelang masuk bulan ketiga, terlihat kalau majikannya itu mudah marah, meskipun belum sampai tahap melakukan tindak kekerasan.

Bekerja pada majikan kedua ini, Aliah harus cepat ambil inisiatif untuk pindah majikan, sebelum sampai terjadi pemukulan seperti pernah dialaminya saat bekerja dengan majikan pertama.

"Saya takut kena pukul lagi. Saya cepat-cepat saja minta pindah majikan," jelas Aliah.

Berikutnya, dia bekerja pada majikan ketiga selama satu setengah bulan. Pada majikan ketiga ini, awalnya sama dengan majikan kedua. Si majikan terlihat baik. Tapi, tutur Aliah, lama kelamaan terlihat tabiat asli sang majikan, yaitu mudah marah dan kerap berbuat kekerasan.

Akhinya, Aliah memutuskan untuk kabur. Ia pergi menemui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Dubai.

"Saya menyesal berangkat bekerja ke luar negeri secara ilegal. Sehingga saya bermasalah," tukasnya.

Atas berbagai permasalahan yang dialami oleh TKI yang penempatannya dilakukan secara nonprosedural, Kepala BNP2TKI Nusron Wahid mengaku pihaknya terus melakukan berbagai terobosan untuk mencegahnya. Tetapi, upaya itu diakuinya tidak mudah, karena saat ini mekanisme penempatan CTKI nonprosedural lebih banyak dilakukan orang per orang, bukan pemerintah ataupun perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS).

"Kami tidak menyerah untuk melakukan berbagai langkah agar praktik seperti itu bisa dicegah," kata Nusron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com